Pada zamannya, Nabi Daud AS telah membuat baju perang dari lempengan besi. Gambar disamping ini adalah contoh baju besi peninggalan tahun 1000 SM.
Nabi Daud Alaihissalam (AS) adalah seorang utusan Allah yang mempunyai kelebihan dibandingkan Rasul lainnya. Kelebihan Daud AS diantaranya bisa berbicara dan paham bahasa hewan, burung dan gunung tunduk pada kehendak Daud (atas izin Allah) dan mereka bertasbih bersama Daud (QS Saba[34] ayat 10).
Selain kemampuan dan kelebihan tersebut, Nabi Daud juga diberikan anugerah oleh Allah berupa kemampuan untuk menundukan besi. (QS Saba[34]: 10-11, Al-Anbiyaa’[21]: 80).
Besi-besi yang keras itu mampu dilunakkan Nabi Daud untuk membuat berbagai alat kebutuhan hidup serta dijadikan perisai (pakaian perang). Sesungguhnya Allah SWT tidak menciptakan sesuatu yang ada di bumi dan alam semesta ini sia-sia, baik yang besar maupun kecil. (QS Ali Imran[3]: 191).
Dalam surah Al-Baqarah[2] ayat 26, Allah ‘menyindir’ orang yang selalu mengira bahwa tidak ada manfaatnya Allah menciptakan sesuatu yang kecil.
“Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walau mereka bersatu menciptakannya….” (QS Al-Hajj[22]: 73).
Ayat-ayat di atas menunjukan bahwa tidak sesuatu pun yang diciptakan Allah itu sia-sia. Semuanya ada manfaatnya. Dari berbagai perumpamaan yang Allah ciptakan itu, justru dapat diketahui apakah manusia itu termasuk orang yang bersyukur atau ingkar terhadap nikmat dan ciptaan Allah SWT.
Demikian pula ketika Allah menciptakan besi. Didalamnya terdapat manfaat yang sangat besar bagi umat manusia. “Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya, padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS Al-Hadid[57]: 25).
Selain dapat digunakan sebagai perisai, besi juga dapat dimanfaatkan untuk membangun rumah, gedung bertingkat, kendaraan transportasi, barang hiasan, dan lain sebagainya.
Penemuan Besi
Sebagaimana diterangkan dalam AlQuran, Nabi Daud AS adalah seorang nabi yang mempunyai kerajaan. Namun, sebelum Allah menganugerahi sebuah kerajaan padanya, Nabi Daud harus berjuang terlebih dahulu bersama dengan Thalut untuk melawan Jalut, serta berperang melawan pasukan dari negeri lainnya.
Dalam beberapa peperangan itulah Nabi Daud AS diperintahkan untuk memanfaatkan besi sebagai alat untuk berperang, seperti pedang, pisau, tombak, panah, maupun baju perang.
“Dan Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi intuk kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu; maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah).” (QS Al-Anbiyaa’[21]:80).
Dalam surah Saba’[34] ayat 11, Daud diperintahkan membuat baju perang yang terbuat dari besi.
Secara tegas, ayat tersebut diatas memberikan contoh cara membuat baju perang dari besi. Kapankah peristiwa itu terjadi, dan seperti apa baju besi yang dibuat oleh Nabi Daud tersebut?
Dalam buku Sami Abdullah al-Maghluts disebutkan, Nabi Daud AS diperkirakan hidup pada tahun 1041-971 SM. Dalam masa itulah Nabi Daud pernah membuat baju dari besi.
Para ahli tafsir, seperti Al-Qurthubi mengungkapkan, kata Labus dalam surah Al-Anbiya ayat 80 dan Saba’ ayat 10-11, bermakna baju-baju besi karena dipakai untuk membentengi atau melindungi diri dari serangan musuh-musuh. Alba’su dalam kalimat tersebut bermakna peperangan setelah dibuang mudlaf: Aalatu ba’sikum.
Pengolah Besi Pertama
Dalam menafsirkan ayat 10-11 surah Saba’[34] ini, Ibnu Katsir mengutip pendapatnya Hasan Bashri mengatakan, anugrah yang diberikan Allah kepada Nabi Daud salah satunya kemampuan yang luar biasa dalam menipiskan atau memipihkan dan membakarnya untuk menempa besi tersebut. “Daud tidak perlu membakar besi terlebih dulu untuk memipihkannya dengan palu, namun cukup dengan lipatan-lipatan tangannya sebagaimana yang dilakukan para tukang jahit. Karena itu, Allah berfirman, “Buatlah baju besi yang besar-besar.”
Alat perang tahun 1000 SM.
Kemampuan yang dimiliki Nabi Daud dalam melunakkan besi ini berbeda dengan yang dimiliki Dzulqarnain pada abad ke-6 SM (545 SM) – lihat (QS al-Kahfi[18]: 96)
Lebih lanjut Ibnu Katsir menyatakan, Daud merupakan orang yang pertama kali dalam membuat baju besi. Sebelum itu, hanya berupa lempengan tameng, “Dan ukurlah anyamannya,” yakni jangan terlalu melunakkan penyambungan antarlempeng karena akan membuat longgar dan berisik, serta jangan pula terlampau mengencangkan anyamannya karena bisa merekat. Namun, buatlah sesuai dengan ukuran tertentu.
Sami al-Maghluts mengatakan, pada awalnya manusia menggunakan batu yang ditempa untuk melakukan perburuan atau peperangan, baik untuk membuat pedang, panah, atau pisau. Sementara itu, pada masa Nabi Daud AS, lanjut Sami, manusia bisa membuat baju-baju besi yakni berupa lembaran-lembaran, jadi Daud merupakan manusia pertama yang memperkenalkan dan menjalinkan besi menjadi sebuah bentuk baju besi sebagaimana disebutkan dalam surah Saba’[34] ayat 10-11 tersebut.
Situs Pertambangan Nabi Sulaiman?
Nabi Daud Alaihissalam (AS) adalah seorang utusan Allah yang mempunyai kelebihan dibandingkan Rasul lainnya. Kelebihan Daud AS diantaranya bisa berbicara dan paham bahasa hewan, burung dan gunung tunduk pada kehendak Daud (atas izin Allah) dan mereka bertasbih bersama Daud (QS Saba[34] ayat 10).
Selain kemampuan dan kelebihan tersebut, Nabi Daud juga diberikan anugerah oleh Allah berupa kemampuan untuk menundukan besi. (QS Saba[34]: 10-11, Al-Anbiyaa’[21]: 80).
Besi-besi yang keras itu mampu dilunakkan Nabi Daud untuk membuat berbagai alat kebutuhan hidup serta dijadikan perisai (pakaian perang). Sesungguhnya Allah SWT tidak menciptakan sesuatu yang ada di bumi dan alam semesta ini sia-sia, baik yang besar maupun kecil. (QS Ali Imran[3]: 191).
Dalam surah Al-Baqarah[2] ayat 26, Allah ‘menyindir’ orang yang selalu mengira bahwa tidak ada manfaatnya Allah menciptakan sesuatu yang kecil.
“Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walau mereka bersatu menciptakannya….” (QS Al-Hajj[22]: 73).
Ayat-ayat di atas menunjukan bahwa tidak sesuatu pun yang diciptakan Allah itu sia-sia. Semuanya ada manfaatnya. Dari berbagai perumpamaan yang Allah ciptakan itu, justru dapat diketahui apakah manusia itu termasuk orang yang bersyukur atau ingkar terhadap nikmat dan ciptaan Allah SWT.
Demikian pula ketika Allah menciptakan besi. Didalamnya terdapat manfaat yang sangat besar bagi umat manusia. “Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya, padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS Al-Hadid[57]: 25).
Selain dapat digunakan sebagai perisai, besi juga dapat dimanfaatkan untuk membangun rumah, gedung bertingkat, kendaraan transportasi, barang hiasan, dan lain sebagainya.
Penemuan Besi
Sebagaimana diterangkan dalam AlQuran, Nabi Daud AS adalah seorang nabi yang mempunyai kerajaan. Namun, sebelum Allah menganugerahi sebuah kerajaan padanya, Nabi Daud harus berjuang terlebih dahulu bersama dengan Thalut untuk melawan Jalut, serta berperang melawan pasukan dari negeri lainnya.
Dalam beberapa peperangan itulah Nabi Daud AS diperintahkan untuk memanfaatkan besi sebagai alat untuk berperang, seperti pedang, pisau, tombak, panah, maupun baju perang.
“Dan Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi intuk kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu; maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah).” (QS Al-Anbiyaa’[21]:80).
Dalam surah Saba’[34] ayat 11, Daud diperintahkan membuat baju perang yang terbuat dari besi.
Secara tegas, ayat tersebut diatas memberikan contoh cara membuat baju perang dari besi. Kapankah peristiwa itu terjadi, dan seperti apa baju besi yang dibuat oleh Nabi Daud tersebut?
Dalam buku Sami Abdullah al-Maghluts disebutkan, Nabi Daud AS diperkirakan hidup pada tahun 1041-971 SM. Dalam masa itulah Nabi Daud pernah membuat baju dari besi.
Para ahli tafsir, seperti Al-Qurthubi mengungkapkan, kata Labus dalam surah Al-Anbiya ayat 80 dan Saba’ ayat 10-11, bermakna baju-baju besi karena dipakai untuk membentengi atau melindungi diri dari serangan musuh-musuh. Alba’su dalam kalimat tersebut bermakna peperangan setelah dibuang mudlaf: Aalatu ba’sikum.
Pengolah Besi Pertama
Dalam menafsirkan ayat 10-11 surah Saba’[34] ini, Ibnu Katsir mengutip pendapatnya Hasan Bashri mengatakan, anugrah yang diberikan Allah kepada Nabi Daud salah satunya kemampuan yang luar biasa dalam menipiskan atau memipihkan dan membakarnya untuk menempa besi tersebut. “Daud tidak perlu membakar besi terlebih dulu untuk memipihkannya dengan palu, namun cukup dengan lipatan-lipatan tangannya sebagaimana yang dilakukan para tukang jahit. Karena itu, Allah berfirman, “Buatlah baju besi yang besar-besar.”
Alat perang tahun 1000 SM.
Kemampuan yang dimiliki Nabi Daud dalam melunakkan besi ini berbeda dengan yang dimiliki Dzulqarnain pada abad ke-6 SM (545 SM) – lihat (QS al-Kahfi[18]: 96)
Lebih lanjut Ibnu Katsir menyatakan, Daud merupakan orang yang pertama kali dalam membuat baju besi. Sebelum itu, hanya berupa lempengan tameng, “Dan ukurlah anyamannya,” yakni jangan terlalu melunakkan penyambungan antarlempeng karena akan membuat longgar dan berisik, serta jangan pula terlampau mengencangkan anyamannya karena bisa merekat. Namun, buatlah sesuai dengan ukuran tertentu.
Sami al-Maghluts mengatakan, pada awalnya manusia menggunakan batu yang ditempa untuk melakukan perburuan atau peperangan, baik untuk membuat pedang, panah, atau pisau. Sementara itu, pada masa Nabi Daud AS, lanjut Sami, manusia bisa membuat baju-baju besi yakni berupa lembaran-lembaran, jadi Daud merupakan manusia pertama yang memperkenalkan dan menjalinkan besi menjadi sebuah bentuk baju besi sebagaimana disebutkan dalam surah Saba’[34] ayat 10-11 tersebut.
Situs Pertambangan Nabi Sulaiman?
Sebagaimana diterangkan dalam AlQuran, Nabi Sulaiman Alaihissalam (AS), mewarisi sikap dan akhlak Nabi Daud AS, baik dalam hal kerajaan, kemampuannya dalam bercakap dengan binatang, menaklukkan gunung, menguasai jin, dan lain sebagainya (QS An-Naml[27]:16). Demikian juga dengan besi atau baja.
Pada tanggal 28 Oktober 2008 lalu, nationalgeographic.com memberitakan, sekelompok penambang di Yordania bagian selatan menemukan sebuah lokasi penambangan yang diduga berasal dari zaman Nabi Sulaiman AS. Tidak dijelaskan secara resmi lokasi penemuan galian bekas tambang tersebut.
Berbagai jenis barang tambang (emas, perak, tembaga, besi, perunggu, dan lain sebagainya) yang dulu digunakan Sulaiman untuk membangun Haikal Sulaiman (solomon temple) di Jerusalem. Emas, perak dan perunggu dipergunakan untuk memperindah interior kuil.
Sejauh ini, para arkeologi belum menemukan persisnya areal pertambangan di zaman Sulaiman. Beberapa areal tambang yang ditemukan di kawasan Timur Tengah setelah diteliti masih lebih muda usianya dari masa hidup Sulaiman (diperkirakan hidup sekitar abad ke-10 SM / 989-931 SM.). penemuan areal bekas tambang di Yordania ini memberi angin segar kepada para arkeolog dalam meneliti peradaban dan kejayaan Nabi Sulaiman.
Temuan itu semakin diperkuat dengan tes uji karbon terhadap areal tambang tembaga di Yordania itu. Hasil tes menunjukan usia yang sama dengan masa Nabi Sulaiman, kawasan ini berada di perbukitan, di lokasi ini ditemukan bekas-bekas penggalian dan reruntuhan bangunan yang diduga menjadi bagian dari industri pertambangan kuno. Kawasan itu sebenarnya pernah diteliti tahun 1970 tetapi hasil penelitian menunjukan areal tersebut berusia sekitar abad ke-7 SM, sekitar 300 tahun setelah Nabi Sulaiman.
Sebelumnya ada laporan dari nationalgeographic.com pada 27 Oktober 2007, kabarnya sejumlah pekerja muslim menemukan kuil Sulaiman. Di lokasi tersebut para pekerja menemukan berbagai jenis barang keramik, tembikar, yang diduga merupakan peninggalan Sulaiman setelah kehancuran Haikal Sulaiman. Kuil itu terletak di sebelah Masjid Al-Aqsha. Kendati tidak utuh, kuil Sulaiman itu diyakini masih ada berupa tembok ratapan (wailing wall) yang bersebelahan dengan Masjid Kubah Batu (Dome Of the Rock).
Sentra Pengolahan Besi
Damaskus, ibu kota Suriah (Syria) dikenal sebagai salah satu kota pengolahan besi yang sangat hebat. Kualitasnya telah diakui berbagai kalangan. Bahkan pada masa awal keislaman, besi-besi Damaskus dijadikan sebagai alat utama pembuatan senjata seperti pedang, pisau, tombak dan anak panah.
Pada abad 7-8 Masehi, ketika Dinasti Umayyah berkuasa, Damaskus menjadi pusat pembuatan pedang yang terkenal di dunia islam. Begitu pula pada abad ke-9 hingga 12 M. ketika Damaskus dalam kekuasaan Ayyubiyah, kota ini menjadi pusat pembuatan pedang yang sangat kesohor. Selain kuat dan tajam, pedang buatan Damaskus juga sangat berkualitas dengan teksturnya yang indah dan menarik.
Ketika Perang Salib, tentara musuh islam terperangah melawan pasukan muslim, sebab disamping memiliki kuda-kuda yang handal, pedang-pedang tentara islam mampu menembus baju besi musuh dengan sekali tebas. Saat Perang Salib itulah peradaban barat mulai mencari rahasia teknologi tempa baja yang dikuasai dunia islam. Tentara Perang Salib menyebut baja yang hebat dari Damaskus itu dengan sebutan Damascus Steel. Teknologi pengolahan besi dan baja Damaskus mampu menempa dan mengeraskan wootz steel menjadi indah dan lentur.
Seni membuat pedang di era kejayaan islam mendapat perhatian khusus dari peradaban barat. Robert Hoyland dan Brian Gilmore menulis buku bertajuk “Medieval Islamic Swords and Swordmaking.” Buku setebal 216 halaman itu mengupas risalah yang ditulis ulama muslim terkemuka pada abad ke-9 M, Ya’kub Ibnu Ishaq Al-Kindi, tentang ‘Pedang dan Ragam Jenisnya’
Al-Kindi menulis secara lengkap tentang teknologi pembuatan pedang. Ia juga mengklasifikasikan beragam jenis besi dan baja untuk membuat pedang. Menurutnya, pedang itu terbuat dari dua jenis besi, yakni alami (yang ditambang) dan tak alami (buatan). Besi alami terbagi menjadi dua, Shaburqan (besi laki - yang sangat keras yang diolah dalam keadaan panas), serta Narmahin (besi perempuan – adalah besi yang lembek yang tidak dapat diolah dalam kondisi panas).
Pada era kejayaan islam, pedang-pedang yang dibuat pandai besi di dunia islam, besi dan bajanya berasal dari Khurasan, Basrah, Damaskus, Mesir dan Kufah. juga ada yang di import dari Sarandib (kini wilayah Srilangka).
Ilmuwan muslim lainnya yang menguasai teknologi pembuatan pedang adalah Abu Al-Raihan Al-Biruni (973 M – 1048 M). secara khusus ia menulis kitab berjudul, Al-Jamahir fi ma’rifat al-Jawahir. Dalam karyanya itu, Al-Biruni menggambarkan proses karbonisasi besi tempa dan pembuatan baja dari besi tuang.
Prof. Ahmad Al-Hassan dalam tulisannya yang berjudul, The Origin of Damascus Steel in Arabic Sources, mengungkapkan, hampir semua pedang di dunia islam terbuat dari besi Damaskus, dan salah satu cirinya dihiasi dengan pola hias (firind). Menurut Al-Khindi, firind dapat ditemukan dalam semua jenis besi buatan. Sedangkan pedang yang terbuat dari besi alami tak memiliki pola hias atau firind.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.