Kerja Mesin politik PKS memang sudah tidak ada yang meragukan lagi. PKS terkenal dengan Partai yang mempunyai basis massa yg solid, baik di tataran akar rumput, Kader non struktur dan Kader yang menjabat di struktur PKS dari tingkat pusat hingga tingkat ranting. Kesolidan mereka membuat orang-orang yg ada diluar lingkarannya salut dan simpati kepada PKS baik secara kepartaian atau secara personal anggota partai.
Pasca pidato pertama Presiden PKS yang baru Anis Matta dan kunjungan Presiden PKS tersebut ke beberapa daerah pasca didaulat menjadi presiden PKS membuat para kader semakin mengencangkan ikatan persaudaraannya. Dengan semangat pidato yang menggelora dan memberi motivasi kepada para kader untuk bekerja lebih baik dan produktif. Para kaderpun bak tersihir oleh kata-kata sang Presiden, bahkan teman saya yang sudah ngefans sama PKS dari SMA langsung mencari link taujih (pidato) Presiden PKS tersebut dan bahkan kerap kali di putar menggantikan nyanyian islami yang biasa ia dengarkan.
Fenomena kekaguman bukan hanya dirasakan oleh kader internal. Tapi oleh orang orang lain (nonkader/simpatisan) yang bahkan sampai rela berdesakan untuk melihat pidato presiden PKS secara langsung didaerah tertentu pasca ditunjuknya Anis Matta menggantikan Luthfi Hasan Ishaq yg di sered oleh KPK karena diduga terlibat kasus impor daging sapi.
Pada Pilgub DKI, Pilgub Jawa Barat, dan Pilgub Sumatera Utara pun, mesin politik mereka aktif membuat trobosan kampanye melalui media, mulai dari youtube, twitter, facebook. mereka rela tapa dibayar mensosialisaikan jagoanya yang akan bertarung dalam pilgub. Tua, Muda, Ustad dan Kader lainnya bersatu tanpa ada jarak siapa dia, tanpa ada sungkan dan tanpa ada ancaman semuanya mengalir mengikuti perintah atasannya dai pusat hingga ranting.
Pasca pidato pertama Presiden PKS yang baru Anis Matta dan kunjungan Presiden PKS tersebut ke beberapa daerah pasca didaulat menjadi presiden PKS membuat para kader semakin mengencangkan ikatan persaudaraannya. Dengan semangat pidato yang menggelora dan memberi motivasi kepada para kader untuk bekerja lebih baik dan produktif. Para kaderpun bak tersihir oleh kata-kata sang Presiden, bahkan teman saya yang sudah ngefans sama PKS dari SMA langsung mencari link taujih (pidato) Presiden PKS tersebut dan bahkan kerap kali di putar menggantikan nyanyian islami yang biasa ia dengarkan.
Fenomena kekaguman bukan hanya dirasakan oleh kader internal. Tapi oleh orang orang lain (nonkader/simpatisan) yang bahkan sampai rela berdesakan untuk melihat pidato presiden PKS secara langsung didaerah tertentu pasca ditunjuknya Anis Matta menggantikan Luthfi Hasan Ishaq yg di sered oleh KPK karena diduga terlibat kasus impor daging sapi.
Pada Pilgub DKI, Pilgub Jawa Barat, dan Pilgub Sumatera Utara pun, mesin politik mereka aktif membuat trobosan kampanye melalui media, mulai dari youtube, twitter, facebook. mereka rela tapa dibayar mensosialisaikan jagoanya yang akan bertarung dalam pilgub. Tua, Muda, Ustad dan Kader lainnya bersatu tanpa ada jarak siapa dia, tanpa ada sungkan dan tanpa ada ancaman semuanya mengalir mengikuti perintah atasannya dai pusat hingga ranting.
Dalam hal media , yang terlihat berbeda dari yang lain adalah lewat youtube dan twitter. Dengan munculnya video unggahan nyentrik, menarik dan mengikuti perkembangan kekinian versi PKS (harlem shake, gangnam style dan kawan kawannya) membuat orang lain makin penasaran kepada PKS. Pada media sosial twitterpun hastag mereka mampu menembus tranding topik indonesia bahkan dunia. dalm menyemarakkan hastag mereka tentunya tidak hanya mengandalkan kader di satu provinsi tapi dilintas provinsi membantu provinsi yang sedang berjuang memenangkan pemilihan gubernur.
Partai lain mungkin belum ada yg seperti PKS dalm hal ini. Sehingga ada ungkapan jangan berani berani mengangkat polling dan menyerang PKS lewat media online karena divisi media mereka meskipun tidak resmi siap memberikan sinyal kepada kader dan simpatisan seantero negeri untuk meyerang balik atau hanya memberi klarifikasi meskipun belum sempat dimuat dimedia nasional. Karena PKS tidak seperti partai lain yg mempunyai media nasional untuk membuat opini atau menyerang lawan sehingga gerakan medianya sangat lama agar bisa muncul sebagai berita nasional. Meski bermodalkan akun dan domain (media) yg belum menasional tapi gerakannya lewat media layak diberi standing offision, tidak lagi hanya sebatas acungan jempol.(kompasiana)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.