PERANG Salib II. Pasukan salib Eropa menerjang maju dengan tekad mengusir Islam dari Yerusalem, jika tidak dari muka bumi seluruhnya. Cerita berikut ini dinarasikan oleh Odo Deuil, biarawan dari St. Denis yang menyertai Louis VII sebagai pendeta pribadinya dalam misi perang salib ini.
Saat melewati jalan darat melalui Asia Kecil menuju Yerusalem, pasukan salib mengalami kekalahan telak di tangan tentara Turki di jalan tembus pegunungan Phyrgia (1148 M) dan dengan susah payah mereka bisa sampai ke kota pelabuhan
Attaba. Di kota ini, pasukan yang masih bisa menghindari tuntutan yang terlalu tinggi dari para pedagang Yunani, memilih naik kapal dari pelabuhan Antioch. Sedangkan pasukan yang sakit dan terluka serta para rombongan pengungsi yang menyertai ekspedisi itu diserahkan kepada belas kasihan sekutu jahat mereka, orang-orang Yunani. Kekejaman dan penindasan yang tak mengenal belas kasih dari orang-orang Yunani membawa para pengungsi itu ke dalam keadaan yang sangat menyedihkan.
Pemandangan ini mengundang belas kasihan kaum muslimin. Mereka merawat orang-orang sakit dan memberi makan yang kelaparan dan kekurangan dengan sukarela. Bahkan beberapa orang muslim ada yang memborong uang Prancis dari orang-orang Yunani yang memperoleh uang itu secara paksa atau dengan jalan kelicikan dari para pengungsi itu. Kemudian mereka mendistribusikan uang tersebut secara cuma-cuma kepada yang membutuhkan.
Begitu besar kontradiksi antara perlakuan baik yang diterima para pengungsi perang salib itu dari orang-orang kafir (kaum muslimin menurut pandangan kaum
salib) dengan perlakuan kejam yang mereka peroleh dari orang-orang yang seagama dengan mereka, orang-orang Yunani; yang memaksakan kerja keras kepada mereka, memukul mereka, dan menjarah harta mereka yang tersisa.
Sehingga lebih dari tiga ribu pengungsi itu bergabung dengan orang-orang Turki dan memeluk Islam dengan sukarela. []
Saat melewati jalan darat melalui Asia Kecil menuju Yerusalem, pasukan salib mengalami kekalahan telak di tangan tentara Turki di jalan tembus pegunungan Phyrgia (1148 M) dan dengan susah payah mereka bisa sampai ke kota pelabuhan
Attaba. Di kota ini, pasukan yang masih bisa menghindari tuntutan yang terlalu tinggi dari para pedagang Yunani, memilih naik kapal dari pelabuhan Antioch. Sedangkan pasukan yang sakit dan terluka serta para rombongan pengungsi yang menyertai ekspedisi itu diserahkan kepada belas kasihan sekutu jahat mereka, orang-orang Yunani. Kekejaman dan penindasan yang tak mengenal belas kasih dari orang-orang Yunani membawa para pengungsi itu ke dalam keadaan yang sangat menyedihkan.
Pemandangan ini mengundang belas kasihan kaum muslimin. Mereka merawat orang-orang sakit dan memberi makan yang kelaparan dan kekurangan dengan sukarela. Bahkan beberapa orang muslim ada yang memborong uang Prancis dari orang-orang Yunani yang memperoleh uang itu secara paksa atau dengan jalan kelicikan dari para pengungsi itu. Kemudian mereka mendistribusikan uang tersebut secara cuma-cuma kepada yang membutuhkan.
Begitu besar kontradiksi antara perlakuan baik yang diterima para pengungsi perang salib itu dari orang-orang kafir (kaum muslimin menurut pandangan kaum
salib) dengan perlakuan kejam yang mereka peroleh dari orang-orang yang seagama dengan mereka, orang-orang Yunani; yang memaksakan kerja keras kepada mereka, memukul mereka, dan menjarah harta mereka yang tersisa.
Sehingga lebih dari tiga ribu pengungsi itu bergabung dengan orang-orang Turki dan memeluk Islam dengan sukarela. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.