PANGLIMA perang Afghanistan Gulbuddin Hekmatyar dalam sebuah wawancara yang diterbitkan Rabu ini (2/1/2013) bersumpah untuk membunuh tentara Barat sebanyak mungkin sebelum pasukan tempur NATO menarik diri dari negara itu pada tahun 2014.
Hekmatyar, mantan perdana menteri yang memimpin kelompok mujahidin kedua terbesar Afghanistan Hezb-i-Islami (Hizbul Islami), mengatakan kepada surat kabar Inggris Daily Telegraph bahwa serangan baru akan mengirim peringatan kepada pihak lain yang sedang menunggu untuk menyerbu Afghanistan.
“Sebelum penarikan pasukan invasi, Mujahidin ingin menyaksikan dengan mata kepala mereka sendiri pemandangan yang akan mengajarkan kepada para penjajah untuk tidak pernah berpikir akan datang dengan cara ini lagi,” katanya dalam sebuah video yang diperoleh oleh Telegraph dalam menanggapi pertanyaan yang diajukan kepadanya melalui perantara.
Hekmatyar, yang ditetapkan sebagai teroris global oleh Amerika Serikat, memperingatkan bahwa Afghanistan bisa runtuh ke kerusuhan sipil berdarah setelah pasukan NATO mundur, 13 tahun setelah invasi pimpinan AS.
“Faktanya adalah bahwa pemerintah telah gagal,” kata mantan perdana menteri, yang dalam video tampil dengan jenggot putih dan mengenakan sorban hitam.
“Kami mungkin memiliki situasi yang mengerikan setelah 2014 yang tak bisa diantisipasi.”
Hekmatyar menunjukkan bahwa kelompoknya Hezb-i-Islami, terkenal karena pengepungan berdarah di Kabul pada era 1990-an, telah melunak terhadap beberapa kebijakan garis keras seperti melarang perempuan dari pendidikan.
Dia bersikeras bahwa Hezb-i-Islami menganggap pendidikan sangat diperlukan untuk anak perempuan sama seperti anak laki-laki, meskipun dia dan kelompoknya keberatan dengan kelas yang bercampur antar pria dan wanita.
Mantan perdana menteri Afghanistan ini juga mengecam Pangeran Harry, yang telah bertugas di Afghanistan sejak September sebagai pilot helikopter Apache, dengan menyebutnya sebagai serigala yang mabuk saat bertugas.
“Pangeran Inggris datang ke Afghanistan untuk membunuh warga Afghanistan yang tidak bersalah sementara ia mabuk,” kata Hekmatyar kepada Telegraph.
Seorang juru bicara dari kantor Pangeran Harry di Clarence House menolak untuk mengomentari pernyataan Hekmatyar tersebut.
Hekmatyar, mantan perdana menteri yang memimpin kelompok mujahidin kedua terbesar Afghanistan Hezb-i-Islami (Hizbul Islami), mengatakan kepada surat kabar Inggris Daily Telegraph bahwa serangan baru akan mengirim peringatan kepada pihak lain yang sedang menunggu untuk menyerbu Afghanistan.
“Sebelum penarikan pasukan invasi, Mujahidin ingin menyaksikan dengan mata kepala mereka sendiri pemandangan yang akan mengajarkan kepada para penjajah untuk tidak pernah berpikir akan datang dengan cara ini lagi,” katanya dalam sebuah video yang diperoleh oleh Telegraph dalam menanggapi pertanyaan yang diajukan kepadanya melalui perantara.
Hekmatyar, yang ditetapkan sebagai teroris global oleh Amerika Serikat, memperingatkan bahwa Afghanistan bisa runtuh ke kerusuhan sipil berdarah setelah pasukan NATO mundur, 13 tahun setelah invasi pimpinan AS.
“Faktanya adalah bahwa pemerintah telah gagal,” kata mantan perdana menteri, yang dalam video tampil dengan jenggot putih dan mengenakan sorban hitam.
“Kami mungkin memiliki situasi yang mengerikan setelah 2014 yang tak bisa diantisipasi.”
Hekmatyar menunjukkan bahwa kelompoknya Hezb-i-Islami, terkenal karena pengepungan berdarah di Kabul pada era 1990-an, telah melunak terhadap beberapa kebijakan garis keras seperti melarang perempuan dari pendidikan.
Dia bersikeras bahwa Hezb-i-Islami menganggap pendidikan sangat diperlukan untuk anak perempuan sama seperti anak laki-laki, meskipun dia dan kelompoknya keberatan dengan kelas yang bercampur antar pria dan wanita.
Mantan perdana menteri Afghanistan ini juga mengecam Pangeran Harry, yang telah bertugas di Afghanistan sejak September sebagai pilot helikopter Apache, dengan menyebutnya sebagai serigala yang mabuk saat bertugas.
“Pangeran Inggris datang ke Afghanistan untuk membunuh warga Afghanistan yang tidak bersalah sementara ia mabuk,” kata Hekmatyar kepada Telegraph.
Seorang juru bicara dari kantor Pangeran Harry di Clarence House menolak untuk mengomentari pernyataan Hekmatyar tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.