oleh: Eric Walberg
Dalam beberapa bulan terakhir ini telah terjadi demonstrasi dan kerusuhan sebagai akibat kekurangan dan kenaikan harga bahan makanan yang melanda di lebih 20 negara. Pada tanggal 20 April 2008, Presiden Bank Dunia, Robert Zoellick mengatakan dalam sebuah pertemuan di Washington bahwa telah terjadi kenaikan harga yang meroket di 33 negara yang dapat mengakibatkan menyebar luasnya keresahan sosial. Program Makanan Dunia, PBB (UN WFP) menyebutnya krisis tersebut sebagai Tsunami sunyi - silent Tsunami, dengan harga gandum yang meningkat dua kali lipat dari tahun lalu, dan cadangan jatuh kedalam tingkat terendah yang membahayakan setelah Perang Dunia II yang lalu.
Satu milyar orang hidup dengan kurang dari US$ 1 seharinya. Sejumlah kurang lebih 850 juta orang lainnya kelaparan. Sementara itu, produksi makanan dunia meningkat hanya 1% pada tahun 2006, dan dengan meningkatnya jumlah produksi bahan makanan tadi kepada produksi biofuel, konsumsi per capita menurun. Yang paling umum alasan yang dikemukakan adalah termasuk meningkatnya harga minyak, pemanasan global, keadaan kesuburan tanah yang semakin memburuk, serta semakin meningkatnya permintaan dari Cina dan India. Semuanya itu hanyalah sebuah masalah yang tidak menguntungkan dan perencanaan yang miskin?
Terlalu banyak pola dan elemen yang semuanya dikaitkan kedalam arah yang sama. Setiap orang yang mengikuti pemberitaan akan mendengar mengenai the Council on Foreign Relations (CFR) yang pertemuan pertamanya berlangsung pada tahun 1921 dan kelompok yang mewakili the inner circle - lingkaran dalam di dalam lingkaran dalam - the Bilderberg Club, yang melakukan pertemuan pertamanya pada tahun 1954.
The Bilderberg, sebuah organisasi yang bersifat sangat rahasia berkumpul bersama pimpinan politik dan pebisnis dunia yang dipilih untuk kepentingan mereka, diekspos menjadi pusat perhatian media dalam tahun 1990-an dan sejak saat itu memikul meningkatnya kritikan, seperti a.l. peran yang tidak demokratis dalam membentuk pimpinan politik yang hanya berpikir dan bertindak sesuai dengan kepentingan dunia bisnis elit saja.
Amerika Serikat tidak pernah merasa malu berlagak terhadap pendapat dunia. Sebuah kasus yang jelas "nay-tidak' terhadap keputusan-keputusan Majelis Umum PBB dan resolusi konferensi yang telah dideklarasikan bahwa "pemeliharaan kesehatan dan makanan bergizi yang layak adalah hak azasi manusia". Resolusi disetujui dengan pengambilan suara 135 lawan 1 pada tahun 1981 di bawah Presiden Ronald Reagan, dan dalam Food Summit yang disponsori PBB dengan selisih serupa pada tahun 1996 di bawah Presiden Bill Clinton, serta dalam tahun 2002 di bawah Presiden Bush, mengenyampingkan setiap "hak atas makanan".
Apakah Republik atau Demokrat, sebagai pengganti Washington mendukung perdagangan bebas yang merupakan k
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.