Belum lama ini Kicker, majalah olahraga terpopuler di Jerman, menurunkan hasil wawancara dengan gelandang Borussia Dortmund, Ilkay Gundogan. Penggawa Timnas Jerman itu menjawab berbagai pertanyaan langsung yang diajukan fans melalui sambungan telepon. Hasil wawancara interaktif itu dimuat ulang di laman resmi klub, bvb.de.
Dari berbagai pertanyaan, ada satu yang menarik yang diajukan fans bernama Justin Hermeir. Ia
menanyakan sebagai seorang Muslim apakah pemain keturunan Turki itu melaksanakan puasa Ramadhan di tengah berlangsungnya kompetisi Bundesliga Jerman.
Gundogan dengan tegas menjawab, cukup berat menunaikan puasa di tengah jadwal latihan yang berat dan pertandingan. Sebelumnya, dia mengaku menjalaninya lantaran tidak terkat dengan ketentuan klub. Namun semenjak aktif sebagai pemain profesional, mantan pemain FC Nuremberg itu kesulitan puasa di tengah kompetisi.
“Hampir tidak mungkin. Pelatihan ini sangat berat dan Anda membutuhkan pasokan minuman,” katanya.
Pemain kelahiran Gesenkirchen, 24 Oktober 1990 itu cukup lega dengan keputusan yang diambilnya. Pasalnya fatwa Dewan Muslim Jerman (ZMD) tidak melarang pesepak bola mengganti puasa Ramadhan di hari lain kalau dirasa berat. Dengan banyaknya imigran Turki yang berkarier di Bundesliga, ZMD khawatir kalau dipaksakan berpuasa, kesehatan mereka bisa terganggu.
Meskipun begitu, pemain yang memiliki ras yang sama dengan Mesut Oezil itu berupaya mengganti puasa itu di hari lain. Tidak lupa, ia juga menyumbangkan ‘dana pengganti’ (fidyah) lantaran tidak melaksanakan puasa di bulan Ramadhan. Kebiasaan membantu kaum dhuafa itu dilakukannya sebagai salah satu wujud rasa syukur mengamalkan ajaran agama.
“Saya suka menyumbangkan uang untuk umat Islam, yang sangat miskin yang tidak memiliki kemampuan untuk membeli makanan,” katanya.
Dari berbagai pertanyaan, ada satu yang menarik yang diajukan fans bernama Justin Hermeir. Ia
menanyakan sebagai seorang Muslim apakah pemain keturunan Turki itu melaksanakan puasa Ramadhan di tengah berlangsungnya kompetisi Bundesliga Jerman.
Gundogan dengan tegas menjawab, cukup berat menunaikan puasa di tengah jadwal latihan yang berat dan pertandingan. Sebelumnya, dia mengaku menjalaninya lantaran tidak terkat dengan ketentuan klub. Namun semenjak aktif sebagai pemain profesional, mantan pemain FC Nuremberg itu kesulitan puasa di tengah kompetisi.
“Hampir tidak mungkin. Pelatihan ini sangat berat dan Anda membutuhkan pasokan minuman,” katanya.
Pemain kelahiran Gesenkirchen, 24 Oktober 1990 itu cukup lega dengan keputusan yang diambilnya. Pasalnya fatwa Dewan Muslim Jerman (ZMD) tidak melarang pesepak bola mengganti puasa Ramadhan di hari lain kalau dirasa berat. Dengan banyaknya imigran Turki yang berkarier di Bundesliga, ZMD khawatir kalau dipaksakan berpuasa, kesehatan mereka bisa terganggu.
Meskipun begitu, pemain yang memiliki ras yang sama dengan Mesut Oezil itu berupaya mengganti puasa itu di hari lain. Tidak lupa, ia juga menyumbangkan ‘dana pengganti’ (fidyah) lantaran tidak melaksanakan puasa di bulan Ramadhan. Kebiasaan membantu kaum dhuafa itu dilakukannya sebagai salah satu wujud rasa syukur mengamalkan ajaran agama.
“Saya suka menyumbangkan uang untuk umat Islam, yang sangat miskin yang tidak memiliki kemampuan untuk membeli makanan,” katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.