1. Menguasai bahasa Arab, Latin, Turki, dan Persia
2. Menguasai Al-Qur’an
3. Menguasai Ilmu Syariat
4. Menguasai Ilmu Alam, Matematika, dan mampu mengajarkannya
5. Pandai menunggang kuda, bermain pedang, dan berperang
6. Berpenampilan menarik
7. Bersuara indah.
Inilah format iklan untuk jabatan imam masjid, pada kurang lebih 400 tahun lalu. Kita mencatat bahwa syarat-syarat yang dicantumkan dalam iklan tersebut —walaupun sangat sulit, bahkan mustahil dipenuhi untuk ukuran orang sekarang— tapi untuk ukuran orang kala itu, syarat ini merupakan syarat yang biasa dan wajar.
Islam ketika itu tengah mencapai masa puncak kejayaannya. Tak ada dikotomi antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum; tidak ada pemisahan antara ulama dan mujahid.
Dalam catatan sejarah ini terlihat bahwa jabatan imam masjid adalah jabatan prestisius karena peranan yang harus dimainkan sangat penting dalam penyebaran dakwah. Bila masyarakat Islam kita umpamakan dengan satu tubuh, maka sel tubuh pertama yang menjadi inti kehidupannya adalah masjid. Perhatian kaum muslimin terhadap masjid selalu ada sepanjang sejarah keemasan Islam. Kekuatan ruhani yang terpancar dari masjid itulah kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan masyarakat. Kekuatan inilah yang membentuk akal dan perasaan mereka sepanjang masa.
(dikutip dengan sedikit penyesuaian dari buku “Bagaimana Menyentuh Hati” karya Abbas As-Siisi, versi terjemahan dari “Ath-Thariq ila Al-Quluub” )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.