Ia menjelaskan, pertama-tama perlawanan menembakan roket sebagai umpan untuk mengacaukan system iron dome yang biasanya kosong tak mempunyai hulu ledak. Kemudian secara bersamaan menembakan roket-roket dengan hulu ledak dan menembus pertahanan udara sehingga menimpa sejumlah target sasaran dengan tepat.
Menurut sumber yang tidak mau disebutkan namanya pada Quds Press mengatakan, perlawanan menggunakan teknologi selama perang terakhirnya di Gaza yang dimulai pada 14 Nopember hingga 24 Nopember kemarin. Secara global teknologi ini berfungsi untuk melumpuhkan kemampuan Iron Dome dengan menembakan roket umpan untuk disantap roket Iron Dome.
Hingga saat ini, teknologi ini masih terus dikembangkan. Sebelumnya teknologi ini digunakan untuk memata-matai system pertahanan Iron Dome. Biasanya roket-roket Iron Dome menghantam satu atau dua roket umpan yang ditembakan perlawanan. Sementara roket sungguhan berhasil menembus pertahanan tersebut dan pada saat yang sama menggempur target-target yang sudah ditetapkan.
Disebutkan, Iron Dome adalah system pertahanan udara Zionis tercanggih yang dikembangkan perusahaan Ravael bagi system pertahanan modern Zionis. Tujuan pengembangan roket iron dome ini adalah menangkis serangan roket jarak pendek dan rudal mariem. Harga satu perangkat iron dome mencapai 210 juta dollar dengan lima roket yang sudah dikembangkan. Alat ini mulai digunakan Israel sejak tahun 2011.
Selain itu, iron dome menggunakan radar dan system batrei yang terdiri dari 20 roket penangkis. Satu roketnya seharga antara 10.000 hingga 50.000 dollar. Sementara harga roket Palestina satuanya hanya 500 dollar.
Dalam pertempuran kemarin di Gaza, kelompok perlawanan berhasil menembakan 2300 roket. Sebagianya menghantam utara Tel Aviv, Al-Quds, wilayah permukiman Yahudi di Tepi Barat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.