Siapa tak kenal Abraham Samad? Nama pria asal Sulawasi Selatan ini kembali hangat setelah kisruh KPK Versus Polri kembali terulang. Namun jarang orang tahu, di balik keberaniannya mengungkap kasus korupsi, ternyata Doktor Hukum ini sangat mengagumi sosok mujahid Palestina. “Dari para pejuang, saya belajar nilai dan semangat serta cara mencapai tujuan,” katanya seperti dilansir Tribunnews sesaat terpilih menjadi Ketua KPK beberapa waktu lalu.
Saking terobsesinya dengan para pejuang di bumi para Syuhada itu, tak tanggung-tanggung, ia menamai anak tertuanya dengan nama Yasin Rantisi. Dua nama pemimpin Hamas, yang syahid dibunuh Zionis Israel.
“Yasin Rantisi inspirator pejuang Palestina, semangatnya untuk memberi keadilan dan meperjuangkan hak rakyat begitu dikenang, setidaknya semangatnya bisa dimiliki anak saya,” kata mantan aktivis Anti Corruption Committe (ACC) di Makassar itu.
Kedekatan Abraham Samad dengan gerakan Islam memang bukan barang baru. Ia dikenal sebagai kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) militan. Saat memegang kendali di ACC, Abraham dikenal akrab dengan beberapa kelompok dan tokoh Islam. Semua masyarakat Makassar tahu, Abraham sangat dekat dengan kelompok Islam Makassar yang terkenal anti imperialisme Amerika Serikat: Laskar Jundullah.
Laskar jundullah tidak lain sebuah gerakan terdepan dalam memberantas kemaksiatan di kota Makkassar sebagai bagian dari perjuangan Syariat Islam. Hubungan mesra Abraham dengan laskar ini tampak saat
Abraham bertindak sebagai kuasa hukum terdakwa kasus terorisme, Agus Dwikarna. Agus ditangkap dan dijatuhi hukuman 17 tahun penjara oleh pengadilan Filipina atas kepemilikan bahan peledak. Agus juga dituding memiliki hubungan dengan jaringan terorisme yang beroperasi di seputaran Asia Tenggara. Dan, di Laskar Jundullah, Agus termasuk sebagai sosok yang paling disegani dengan jabatan komandas Laskar.
Selain Laskar Jundullah, ada satu kelompok lagi yang terkenal sangat dekat dengan Abraham, yakni Komite Penegakan Syariat Islam (KPSI). Abraham tercatat sebagai kuasa hukum KPSI dalam beberapa kasus hukum yang melilit KPSI.
Jika di KPSI Makassar mereka begitu gigih menegakkan Syariat. Di Jakarta, organisasi dengan nama samapun memiliki Ulama yang begitu gigih memperjuangkan Syariat Islam, yakni almarhum H. Ibrahim Noor. Semasa hidupnya, ulama tauhid itu pernah dengan lantang meminta Pemerintah Indonesia kembali ke hukum Islam, karena demokrasi adalah kemusyrikan. Menariknya, itu dilontarkannya di usia 77 tahun dan tepat di depan Istana Negara saat demo bersama Forum Umat Islam (FUI) menentang kenaikan harga BBM, 30 Maret silam.
Kini mampukah Abraham Samad melewati serangkaian ujian di KPK dan memberantas korupsi hingga akarnya dalam sebuah sistem buatan manusia? Karena, meminjam perkataan Jurubicara Hizbut Tahrir Indonesia, demokrasi adalah pemicu dan pemacu korupsi. Wallahua’lam.(islampos)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.