Pasca Revolusi Bolshevik yang digerakkan kaum komunis di Rusia yang dipimpin Lenin (1917) hingga bubarnya Uni Soviet (1991), kaum komunis selalu membuat kekacauan dan berusaha melakukan perebutan kekuasaan termasuk di Indonesia yang dikenal sebagai G30S/PKI tahun 1965 yang berakhir dengan kegagalan total. Sejak saat itu kaum komunis telah melakukan kudeta di 75 negara, negara bagian, pulau dan kota selama 69 tahun (1918-1987), namun yang berhasil mendirikan negara komunis hanya di 28 negara.
“Selama kurun waktu 74 tahun (1917-1991), kaum komunis telah melakukan pembantaian massal di 75 negara dengan membunuh 120 juta manusia atau rata-rata 1.621.621 manusia pertahun,” ujar sastrawan, penyair dan sejarawan Taufiq Ismail pada acara “Halaqoh Kebangsaan, Mengungkap Fakta dan Peristiwa Kelam Tahun 1965: Siapa Sesungguhnya Pahlawan, Pecundang dan Pemberontak”, yang diadakan di Kantor Pusat MUI, Jalan Proklamasi, Jakarta, Senin (1/10/2012).
Halaqoh yang dibuka Ketua MUI KH Amidhan itu menghadirkan pembicara Letjen (Purn) Kiki Syahnakri (mantan Wakasad), Harry Tjan Silalahi (tokoh Angkatan 66), Fahmi Idris (mantan Menteri Perindustrian), Ahmad Mansur Suryanegara (Sejarawan) dan Alfian Tanjung (Pengamat Gerakan Komunisme).
Menurut Taufiq Ismail, terdapat empat tokoh kumunis yang paling kejam dalam sejarah kemanusiaan di dunia. Mereka adalah Lenin Rusia (1917-1924) yang membantai 500 ribu orang, Josep Stalin Rusia (1925-1953) dengan korban 43 juta orang termasuk karena mati kelaparan, kegagalan panen dan ekonomi, Mao Tse-Tung China (1947-1976) membunuh 70 juta orang termasuk mati kelaparan, kegagalan panen dan ekonomi, serta Polpot Kamboja (1975-1979) dengan korban 2 juta orang.
Sementara itu Harry Tjan Silalahi, Kiki Syahnakri, Fahmi Idris, KH Amidhan dan Ahmad Mansur Suryanegara sepakat dengan bukti-bukti yang tak terbantahkan bahwa PKI sebagai dalang kudeta yang disusul dengan tragedi 1965. Karena 18 bulan sebelumnya PKI sudah mengadakan persiapan dengan berbagai demo hampir setiap hari yang digerakkan Pemuda Rakyat, Gerwani dan CGMI.
“waktu itu saya diberitahu sekretarisnya Sudisman (tokoh PKI), kalau PKI akan mengadakan perebutan kekuasan tidak lama lagi. Terbukti mereka ingin mendirikan Angkatan Kelima dengan bantuan China yang ditentang Menteri Panglima AD, Letjen TNI Ahmad Yani,” ungkap Harry Tjan Silalahi.
Sedangkan Alfian Tanjung memperingatkan umat Islam agar menolak keras upaya-upaya para pendukung komunis di Indonesia untuk melikuidasi Tap MPRS Nomor XXV/MPRS/1966 tentang Pembubaran PKI dan Larangan Penyebaran Ajaran Komunisme/Marxisme dan Leninisme. Sebab jika para PKI baru tersebut berhasil menghapuskan dan mencabutnya dari lembaran negara, maka akan memiliki beberapa konsekwensi.
Pertama, dalam G30S/PKI, sesungguhnya PKI tidak bersalah. Adapun yang bersalah adalah TNI dan umat Islam. Kedua, mereka pasti akan meminta kompensasi dari Pemerintah, dimana besarnya mencapai Rp 2,5 miliar per orang. Ketiga, mereka akan memiliki hak eksistensi, sehingga nantinya PKI akan dapat mengikuti Pemilu dan menjadi partai yang sah di NKRI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.