(Sumber: Muhammad Isa Dawud, “Dajjal Akan Muncul Dari Segitiga Bermuda” (diterjemahkan oleh Drs. Tarmana Ahmad Qosim), Bandung: Pustaka Hidayah, Cet. VI, November 1997, hal. 213-215)
Sejak beberapa tahun, saya bersahabat dengan seorang profesor orientalis asal Prancis. Ia menguasai bahasa Arab dengan fasih dan beberapa bahasa yang telah punah: Siryani, Aram, Ibrani, dan Amhari. Ia adalah seorang pakar dalam kajian perbandingan agama. Karena kesungguhan dan kejujuran, ia memeluk Islam karena Allah. Akan tetapi, ia menyembunyikan keislamannya. Dalam suatu pertemuan, ia memberitahu saya tentang keislamannya karena Allah dan berjanji kepada saya memberi hadiah yang sangat berharga dan tak bisa dinilai harganya. Ini terjadi dalam perjalanan saya kembali ke Kairo.
Ia menepati janjinya. Ia memperlihatkan kepada saya foto beberapa tulisan dalam bahasa kuno. Ia menerjemahkannya untuk saya. Tulisan itu menegaskan bahwa Kristen Barat dan Amerika memerangi kaum Muslim berdasarkan manuskrip-manuskrip kuno. Di antaranya ada yang berasal dari kaum Muslim, lalu dicuri, dan sebagian berasal dari generasi-generasi sebelum kelahiran Nabi Isa atau sesudahnya. Ketika ia memberikan kepada saya sebuah tulisan dan terjemahannya, ia berkata, “Jika Anda menginginkan gambar-gambar, lembaran-lembaran, manuskrip-manuskrip seperti ini, datanglah ke Vatikan, universitas-universitas, di Swedia, Jerman, dan beberapa tempat di Prancis.”
Yang ditunjukkan kepada saya adalah manuskrip milik seorang bernama Ibn Harsyil ar-Rumi, seorang Yahudi, dan diberi komentar oleh seorang profesor dari Prancis yang mengatakan, “Ia beriman kepada Allah dan kata-katanya benar berdasarkan apa yang diketahui dari riwayat yang hidup.”
Yang terpenting adalah bahwa Ibn Harsyil mengatakan dalam syairnya berikut ini:
Kebebasan Dajjal, kebebasan al-Kakhbad,
Kebebasan alam seluruhnya.
Segala urusannya ada di pantai jauh, dan binasa.
Semua orang adalah Dajjal, segala urusan bergerak
dan berputar.
Semua orang adalah Dajjal, ilmunya berisi sihir
Dan tipuan, dan Tuhan.
Tuhan kembali memerintahkan al-Kakhbad membunuh Dajjal
Dan menghancurkan negeri paling jelek, penuh kesusahan.
Tiada kebebasan lebih dari kebebasan alam,
kebebasan kemuliaan, dan kembalinya sejahtera.
Di setiap bumi Tuhan, al-Kakhbad memerangi pantai dan sungai.
Tinggalkanlah kebinasaan, bebaskan gelas dan kepala,
bebaskan kepayahan, bebaskan kadal.
Bebaskan singa, bebaskan beruang.
Setelah itu, Ibn Harsyil langsung mengatakan dalam syairnya yang lain:
Barat dan timur, setiap Arab dan Barat,
setiap urusan seluruh dunia.
Tunduk pada al-Kakhbad, dan kebebasan Dajjal
Kebebasan tanpa akhir kecuali setelah kembali al-Masih.
Setiap serigala dan kambing bersama-sama memuji Tuhan,
kebebasan alam berakhir.
Al-Kakhbad mati syahid, lalu kerajaan milik al-Masih.
Berkuasa beberapa tahun, dan mati karena renta,
kebebasan membara.
Dan membakar, al-Masih hadir belum mati, dan hancur lagi.
Seluruh dunia dalam bencana dan kebebasan,
seluruh dunia dalam keburukan.
Tetapi yang pasrah pada Tuhan, al-Masih petunjuk memohon
dan Tuhan mengabulkan.
Tuhan mengabulkan, menghancurkan bara
dan bakar dengan burung unta.
Lalu Ibn Harsyil ar-Rumi menutup perkataannya dengan syair berikut:
Seluruh dunia aman lagi, seluruh dunia rumah al-Kakhbad.
Al-Masih meminta kembali pada Tuhannya,
semua kebebasan menjadi jauh.
Tuhan memperingatkan semua. Semua mendapat petunjuk,
pasrah kepada Tuhan.
Semua ingin segala hal, maka ada apa yang diinginkan.
Seluruh dunia Tuhan tiba masa binasa.
Seluruh dunia Tuhan tiada kebaikannya bagi Tuhan, Dia kuasa.
Matahari lari dan terbenam arah terbalik, binatang berbicara.
Semua: hukum Tuhan tak tampak, tiba kebinasaan,
bagi Tuhan apa yang dikehendaki.
Itulah berita tentang Musa, dan aku dekat kepada Musa.
Aku, Barisy bin Hamis, melihat Musa yang diajak Tuhan bicara.
Tetapi yang melihatnya al-Kakhbad lebih besar
dari al-Kakhbad di akhir zaman Tuhan.
Shalawat dan salam Tuhan atasnya.
Betul, itu adalah bom dan kejutan. Namun ada yang lebih dahsyat. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Nu’aim bin Hamad, Nabi Muhammad saw berwasiat kepada para pengikutnya yang akan menaklukkan Roma dan selanjutnya Vatikan untuk berhati-hati pada tempat tertentu. Di situ terdapat sesuatu tertentu, “Jika kalian telah menaklukan Roma, masuklah ke gereja sebelah timur melewati pintu sebelah timur. Lalu ikatkan tujuh bendera dan bunuhlah yang kedelapan. Sebab, di bawahnya terdapat tongkat Musa, Injil, dan perhiasan Bait al-Maqdis.”
Sejak beberapa tahun, saya bersahabat dengan seorang profesor orientalis asal Prancis. Ia menguasai bahasa Arab dengan fasih dan beberapa bahasa yang telah punah: Siryani, Aram, Ibrani, dan Amhari. Ia adalah seorang pakar dalam kajian perbandingan agama. Karena kesungguhan dan kejujuran, ia memeluk Islam karena Allah. Akan tetapi, ia menyembunyikan keislamannya. Dalam suatu pertemuan, ia memberitahu saya tentang keislamannya karena Allah dan berjanji kepada saya memberi hadiah yang sangat berharga dan tak bisa dinilai harganya. Ini terjadi dalam perjalanan saya kembali ke Kairo.
Ia menepati janjinya. Ia memperlihatkan kepada saya foto beberapa tulisan dalam bahasa kuno. Ia menerjemahkannya untuk saya. Tulisan itu menegaskan bahwa Kristen Barat dan Amerika memerangi kaum Muslim berdasarkan manuskrip-manuskrip kuno. Di antaranya ada yang berasal dari kaum Muslim, lalu dicuri, dan sebagian berasal dari generasi-generasi sebelum kelahiran Nabi Isa atau sesudahnya. Ketika ia memberikan kepada saya sebuah tulisan dan terjemahannya, ia berkata, “Jika Anda menginginkan gambar-gambar, lembaran-lembaran, manuskrip-manuskrip seperti ini, datanglah ke Vatikan, universitas-universitas, di Swedia, Jerman, dan beberapa tempat di Prancis.”
Yang ditunjukkan kepada saya adalah manuskrip milik seorang bernama Ibn Harsyil ar-Rumi, seorang Yahudi, dan diberi komentar oleh seorang profesor dari Prancis yang mengatakan, “Ia beriman kepada Allah dan kata-katanya benar berdasarkan apa yang diketahui dari riwayat yang hidup.”
Yang terpenting adalah bahwa Ibn Harsyil mengatakan dalam syairnya berikut ini:
Kebebasan Dajjal, kebebasan al-Kakhbad,
Kebebasan alam seluruhnya.
Segala urusannya ada di pantai jauh, dan binasa.
Semua orang adalah Dajjal, segala urusan bergerak
dan berputar.
Semua orang adalah Dajjal, ilmunya berisi sihir
Dan tipuan, dan Tuhan.
Tuhan kembali memerintahkan al-Kakhbad membunuh Dajjal
Dan menghancurkan negeri paling jelek, penuh kesusahan.
Tiada kebebasan lebih dari kebebasan alam,
kebebasan kemuliaan, dan kembalinya sejahtera.
Di setiap bumi Tuhan, al-Kakhbad memerangi pantai dan sungai.
Tinggalkanlah kebinasaan, bebaskan gelas dan kepala,
bebaskan kepayahan, bebaskan kadal.
Bebaskan singa, bebaskan beruang.
Setelah itu, Ibn Harsyil langsung mengatakan dalam syairnya yang lain:
Barat dan timur, setiap Arab dan Barat,
setiap urusan seluruh dunia.
Tunduk pada al-Kakhbad, dan kebebasan Dajjal
Kebebasan tanpa akhir kecuali setelah kembali al-Masih.
Setiap serigala dan kambing bersama-sama memuji Tuhan,
kebebasan alam berakhir.
Al-Kakhbad mati syahid, lalu kerajaan milik al-Masih.
Berkuasa beberapa tahun, dan mati karena renta,
kebebasan membara.
Dan membakar, al-Masih hadir belum mati, dan hancur lagi.
Seluruh dunia dalam bencana dan kebebasan,
seluruh dunia dalam keburukan.
Tetapi yang pasrah pada Tuhan, al-Masih petunjuk memohon
dan Tuhan mengabulkan.
Tuhan mengabulkan, menghancurkan bara
dan bakar dengan burung unta.
Lalu Ibn Harsyil ar-Rumi menutup perkataannya dengan syair berikut:
Seluruh dunia aman lagi, seluruh dunia rumah al-Kakhbad.
Al-Masih meminta kembali pada Tuhannya,
semua kebebasan menjadi jauh.
Tuhan memperingatkan semua. Semua mendapat petunjuk,
pasrah kepada Tuhan.
Semua ingin segala hal, maka ada apa yang diinginkan.
Seluruh dunia Tuhan tiba masa binasa.
Seluruh dunia Tuhan tiada kebaikannya bagi Tuhan, Dia kuasa.
Matahari lari dan terbenam arah terbalik, binatang berbicara.
Semua: hukum Tuhan tak tampak, tiba kebinasaan,
bagi Tuhan apa yang dikehendaki.
Itulah berita tentang Musa, dan aku dekat kepada Musa.
Aku, Barisy bin Hamis, melihat Musa yang diajak Tuhan bicara.
Tetapi yang melihatnya al-Kakhbad lebih besar
dari al-Kakhbad di akhir zaman Tuhan.
Shalawat dan salam Tuhan atasnya.
Betul, itu adalah bom dan kejutan. Namun ada yang lebih dahsyat. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Nu’aim bin Hamad, Nabi Muhammad saw berwasiat kepada para pengikutnya yang akan menaklukkan Roma dan selanjutnya Vatikan untuk berhati-hati pada tempat tertentu. Di situ terdapat sesuatu tertentu, “Jika kalian telah menaklukan Roma, masuklah ke gereja sebelah timur melewati pintu sebelah timur. Lalu ikatkan tujuh bendera dan bunuhlah yang kedelapan. Sebab, di bawahnya terdapat tongkat Musa, Injil, dan perhiasan Bait al-Maqdis.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.