Seperti warga Prancis lainnya, Mathew tak asing dengan Islam dan Muslim. Sebab, banyak dari temannya yang beragama Islam. Ia pun tinggal dalam lingkungan imigran yang kebanyakan Muslim. "Hanya saya yang non-Muslim," kata dia sembari tersenyum.
Dalam bergaul, Mathew merupakan sosok yang mengabaikan warna kulit atau latar belakang agama. Tak heran, ia begitu dekat dengan teman-temannya yang Muslim. Setiap harinya, mereka menjalani rutinitas bersama. Begitu pula ketika mereka bermain sepakbola.
Pada satu hari, ketika asik bermain sepakbola. Tiba-tiba datang sekelompok Muslim. Mathew bersama temannya memutuskan untuk tidak melanjutkan permainan dan memberikan kesempatan pada tamunya itu untuk memperkenalkan diri. Tak lama, kelompok itu mulai berbicara tentang Islam.
"Oleh mereka, saya diajak ke masjid untuk mendapatkan informasi tentang Islam. Saya sebenarnya tertarik untuk mengetahui agama ini, tapi belum pada keinginan untuk memeluknya," kata dia.
Mathew akhirnya mendatangi undangan kelompok itu. Dari penjelasan yang diberikan, ia merasa tertarik bagaimana cara Muslim berkomunikasi dengan Tuhannya. Dari situlah, ia ingin mencari tahu informasi tentang Islam dan Muslim lebih dalam.
Beberapa catatan yang ia dapat dalam informasi itu, seperti bagaimana seorang Muslim diwajibkan berpuasa satu bulan penuh, melaksanakan shalat lima waktu, membayar zakat dan lainnya. "Soal puasa, saya bertanya-tanya, bagaimana bisa mereka melakukan itu. Ini menakjubkan," katanya.
Sejak itu, Mathew melihat Islam merupakan agama yang cocok untuknya. Islam mengajarinya untuk menghormati orang, belajar dan hidup teratur. Lingkungannya saat ini, begitu rentan terjerembab dalam lingkaran narkoba, seks sebelum menikah, dan konsumsi alkohol. "Saya berpikir Islam melindungi saya dari ketiga hal tersebut," ucapnya.
Dalam bergaul, Mathew merupakan sosok yang mengabaikan warna kulit atau latar belakang agama. Tak heran, ia begitu dekat dengan teman-temannya yang Muslim. Setiap harinya, mereka menjalani rutinitas bersama. Begitu pula ketika mereka bermain sepakbola.
Pada satu hari, ketika asik bermain sepakbola. Tiba-tiba datang sekelompok Muslim. Mathew bersama temannya memutuskan untuk tidak melanjutkan permainan dan memberikan kesempatan pada tamunya itu untuk memperkenalkan diri. Tak lama, kelompok itu mulai berbicara tentang Islam.
"Oleh mereka, saya diajak ke masjid untuk mendapatkan informasi tentang Islam. Saya sebenarnya tertarik untuk mengetahui agama ini, tapi belum pada keinginan untuk memeluknya," kata dia.
Mathew akhirnya mendatangi undangan kelompok itu. Dari penjelasan yang diberikan, ia merasa tertarik bagaimana cara Muslim berkomunikasi dengan Tuhannya. Dari situlah, ia ingin mencari tahu informasi tentang Islam dan Muslim lebih dalam.
Beberapa catatan yang ia dapat dalam informasi itu, seperti bagaimana seorang Muslim diwajibkan berpuasa satu bulan penuh, melaksanakan shalat lima waktu, membayar zakat dan lainnya. "Soal puasa, saya bertanya-tanya, bagaimana bisa mereka melakukan itu. Ini menakjubkan," katanya.
Sejak itu, Mathew melihat Islam merupakan agama yang cocok untuknya. Islam mengajarinya untuk menghormati orang, belajar dan hidup teratur. Lingkungannya saat ini, begitu rentan terjerembab dalam lingkaran narkoba, seks sebelum menikah, dan konsumsi alkohol. "Saya berpikir Islam melindungi saya dari ketiga hal tersebut," ucapnya.
Hal lain yang dipertimbangkan Mathew adalah Islam merupakan obat penyembuh jiwa tiada banding. Banyak kisah mantan napi yang dahulu kecanduan narkoba atau alkohol yang berhasil sembuh ketika mempelajari Islam.
Dalam pemikiran Mathew, ini menjadi bukti bahwa Islam akan mengantarkan anda pada dokter sesungguhnya. Sosok yang akan banyak membantu seseorang memperoleh kebahagiannya. Dan Alhamdulillah, Mathew dengan mantap memutuskan untuk mengucapkan dua kalimat syahadat.
Yang menarik, kedua orang tuanya tidak keberatan dengan keputusanya untuk memeluk Islam. Tidak seperti temannya, yang banyak dijauhi keluargannya. "Mereka membiarkan saya memilih apa yang ingin dilakukan. Mereka berpikir, lebih baik anaknya banyak menghabiskan di masjid ketimbang jalanan," kenang Mathew.
Selepas syahadat, Mathew tahu ada konsekuensi dari putusannya menjadi Muslim. Di Prancis, komunitas Muslim banyak mengalami diskriminasi. Mulai dari larangan berjilbab, burka dan bentuk diskriminasi lainnya.
Bagi Mathew, kondisi itu merupakan akibat dari distorsi media Prancis tentang Islam dan Muslim. Informasi yang ada tidak dibarengi konfirmasi kepada Muslim Prancis. Mereka juga enggan membaca tapi lebih memilih untuk hanya mendengar. Hal itu juga dialami orang tuanya.
Untuk itu, ia berdiskusi dengan orang tuanya. Banyak hal yang dijelaskan Mathew. Usai dijelaskan, orang tuanya semakin yakin bahwa Islam adalah agama yang tepat untuknya. Mereka mengatakan sungguh beruntung baginya telah menemukan ajaran agama yang tahu akan kebutuhannya.
"Saya katakan kepada anda, bacalah buku, atau akseslah internet. Insya Allah, anda akan menemukan Islam," kata dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.