Kabar gembira tentang datangnya Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam (صلى الله عليه و سلم) telah dikabarkan di dalam kitab-kitab sebelumnya. Sebelum dilahirkannya Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam (صلى الله عليه و سلم) ada peristiwa yang sangat besar yaitu penyerbuan tentara bergajah yang ingin menghancurkan Ka’bah oleh pasukan dari negeri Yaman dipimpin oleh Abrahah. Perisitwa ini diabadikan dalam Surat Al Fiil.
Kisah Pembakaran Orang-Orang bertauhid di Parit
Ada seorang raja di Yaman bernama Du Nuwas, dia memiliki penyihir yang sudah tua dan si penyihir berkata ke raja supaya dicarikan orang pemuda yang bisa menjadi pewaris ilmu sihirnya. Dibawakanlah ke dia seorang pemuda yang siap belajar ilmu sihir kepada penyihir tua. Setiap berangkat belajar ilmu sihir, dia melewati seorang pendeta nasrani yang masih lurus dalam agamanya. Pendeta ini memberikan nasihat-nasihat, pemuda ini tertarik dengan nasihat-nasihat yang diberikan sehingga pemuda ini terlambat datang ke penyihir tua. Penyihir tua memarahi pemuda tadi, hal ini juga disampaikan ke pendeta bahwa tukang sihir marah kepada dia. Pendeta menasihati pemuda tadi, akhirnya pemuda tadi mulai bimbang harus mengikuti pendeta atau mengikuti penyihir.
Suatu saat ketika pemuda ini berjalan dia mendapati binatang buas yang sangat besar, binatang ini menghalangi manusia ke suatu tempat. Pemuda ini mengambil batu dan berkata dalam hatinya ya Allah jika pendeta lebih engkau sukai daripada penyihir maka matikanlah binatang buas ini, setelah itu dia melemparkan batu tadi ke binatang buas. Binantang buas itupun binasa dan masyarakat bisa melewati tempat itu. Semakin yakinlah pemuda itu terhadap kebenaran ada di pendeta. Keimanan pemuda ini kepada Allah Subhanallahu Wa Ta’ala dan bahwa dia diajari oleh pendeta diketahui oleh raja. Rajapun memanggil pendeta dan memerintahkan untuk kafir kepada Allah Subhanallahu Wa Ta’ala, tetapi sang pendeta menolak. Rajapun menggergaji tubuh pendeta ini sampai terbelah dua. Sang raja juga memerintahkan sang pemuda untuk kafir kepada Allah Subhanallahu Wa Ta’ala, namun sang pemuda tidak mau kafir. Sang saja memerintahkan kepada anak buahnya untuk membunuh sang pemuda, tetapi dari beberapa kali percobaan pembunuhan pemuda ini selalu di selamatkan oleh Allah Subhanallahu Wa Ta’ala.
Sang pemuda berkata kepada sang raja, engkau tidak akan mampu membunuhku sampai engkau melaksanakan yang ku sarankan kepadamu. Sang raja bertanya apa yang harus dilakukan? Sang pemuda menjawab, “Kumpulkan rakyatmu di sebuah lapangan luas dan engkau ikat aku di sebatang kayu. Lalu panah aku dengan busur milikku sambil kau ucapkan bismillah Rabb ghulam, dengan nama Allah Tuhan pemuda ini. Jika engkau lakukan itu, engkau akan berhasil membunuhku.” . Sang raja mengikuti apa yang dikatakan sang pemuda. Tatkala masyarakat melihat bahwa sang pemuda meninggal karena diucapkan bismillah, masyarakat banyak yang beriman kepada Allah Subhanallahu Wa Ta’ala. Maka dikatakan kepada sang raja, bukankah ini yang kau khawatirkan?
Semakin murkalah sang raja. Kemudian sang raja ini memerintahkan untuk menggali parit dan menyalakan api yang sangat besar. Sang raja berkata, barang siapa yang kafir kepada Allah maka dia akan selamat. Jika tetap beriman kepada Allah maka aka dimasukkan ke dalam parit. Dimasukkanlah orang yang tetap beriman kepada Allah Subhanallahu Wa Ta’ala kedalam parit itu. Ada seorang wanita bersama anaknya. Ia ragu untuk mencebur ke dalam kobaran api. Anaknya berkata, “Wahai ibu, sabarlah. Sesungguhnya engkau berada dalam kebenaran.” . Inilah kisah yang diabadikan Allah Subhanallahu Wa Ta’ala dalam Al Quran surat Al Buruuj. Menurut ahli sejarah, sekitar 20 ribu orang yang dibakar dalam parit itu.
Kisah Abrahah di negeri Yaman
Ada salah satu orang beriman yang selamat, dia lari dan meminta perlindungan raja Najasyi di negeri Habsyah karena raja ini beragama nasrani yang masih benar yaitu mentauhidkan Allah Subhanallahu Wa Ta’ala. Najasyi marah mengetahui banyak orang nasrani yang dibantai. Raja Najasyi mengutus 70 ribu pasukan ke negeri Yaman untuk memerangi raja Du Nuwas. Pasukan dipimpin dua panglima. Panglima tertinggi bernama Ariyat dan panglima yang lebih rendah bernama Abrahah. Dalam peperangan ini Raja Du Nuwas dan pasukannya kalah, raja Du Nuwas karena tahu akan kalah dia dengan kudanya masuk kelaut dan tenggelam.
Kisah Pembakaran Orang-Orang bertauhid di Parit
Ada seorang raja di Yaman bernama Du Nuwas, dia memiliki penyihir yang sudah tua dan si penyihir berkata ke raja supaya dicarikan orang pemuda yang bisa menjadi pewaris ilmu sihirnya. Dibawakanlah ke dia seorang pemuda yang siap belajar ilmu sihir kepada penyihir tua. Setiap berangkat belajar ilmu sihir, dia melewati seorang pendeta nasrani yang masih lurus dalam agamanya. Pendeta ini memberikan nasihat-nasihat, pemuda ini tertarik dengan nasihat-nasihat yang diberikan sehingga pemuda ini terlambat datang ke penyihir tua. Penyihir tua memarahi pemuda tadi, hal ini juga disampaikan ke pendeta bahwa tukang sihir marah kepada dia. Pendeta menasihati pemuda tadi, akhirnya pemuda tadi mulai bimbang harus mengikuti pendeta atau mengikuti penyihir.
Suatu saat ketika pemuda ini berjalan dia mendapati binatang buas yang sangat besar, binatang ini menghalangi manusia ke suatu tempat. Pemuda ini mengambil batu dan berkata dalam hatinya ya Allah jika pendeta lebih engkau sukai daripada penyihir maka matikanlah binatang buas ini, setelah itu dia melemparkan batu tadi ke binatang buas. Binantang buas itupun binasa dan masyarakat bisa melewati tempat itu. Semakin yakinlah pemuda itu terhadap kebenaran ada di pendeta. Keimanan pemuda ini kepada Allah Subhanallahu Wa Ta’ala dan bahwa dia diajari oleh pendeta diketahui oleh raja. Rajapun memanggil pendeta dan memerintahkan untuk kafir kepada Allah Subhanallahu Wa Ta’ala, tetapi sang pendeta menolak. Rajapun menggergaji tubuh pendeta ini sampai terbelah dua. Sang raja juga memerintahkan sang pemuda untuk kafir kepada Allah Subhanallahu Wa Ta’ala, namun sang pemuda tidak mau kafir. Sang saja memerintahkan kepada anak buahnya untuk membunuh sang pemuda, tetapi dari beberapa kali percobaan pembunuhan pemuda ini selalu di selamatkan oleh Allah Subhanallahu Wa Ta’ala.
Sang pemuda berkata kepada sang raja, engkau tidak akan mampu membunuhku sampai engkau melaksanakan yang ku sarankan kepadamu. Sang raja bertanya apa yang harus dilakukan? Sang pemuda menjawab, “Kumpulkan rakyatmu di sebuah lapangan luas dan engkau ikat aku di sebatang kayu. Lalu panah aku dengan busur milikku sambil kau ucapkan bismillah Rabb ghulam, dengan nama Allah Tuhan pemuda ini. Jika engkau lakukan itu, engkau akan berhasil membunuhku.” . Sang raja mengikuti apa yang dikatakan sang pemuda. Tatkala masyarakat melihat bahwa sang pemuda meninggal karena diucapkan bismillah, masyarakat banyak yang beriman kepada Allah Subhanallahu Wa Ta’ala. Maka dikatakan kepada sang raja, bukankah ini yang kau khawatirkan?
Semakin murkalah sang raja. Kemudian sang raja ini memerintahkan untuk menggali parit dan menyalakan api yang sangat besar. Sang raja berkata, barang siapa yang kafir kepada Allah maka dia akan selamat. Jika tetap beriman kepada Allah maka aka dimasukkan ke dalam parit. Dimasukkanlah orang yang tetap beriman kepada Allah Subhanallahu Wa Ta’ala kedalam parit itu. Ada seorang wanita bersama anaknya. Ia ragu untuk mencebur ke dalam kobaran api. Anaknya berkata, “Wahai ibu, sabarlah. Sesungguhnya engkau berada dalam kebenaran.” . Inilah kisah yang diabadikan Allah Subhanallahu Wa Ta’ala dalam Al Quran surat Al Buruuj. Menurut ahli sejarah, sekitar 20 ribu orang yang dibakar dalam parit itu.
Kisah Abrahah di negeri Yaman
Ada salah satu orang beriman yang selamat, dia lari dan meminta perlindungan raja Najasyi di negeri Habsyah karena raja ini beragama nasrani yang masih benar yaitu mentauhidkan Allah Subhanallahu Wa Ta’ala. Najasyi marah mengetahui banyak orang nasrani yang dibantai. Raja Najasyi mengutus 70 ribu pasukan ke negeri Yaman untuk memerangi raja Du Nuwas. Pasukan dipimpin dua panglima. Panglima tertinggi bernama Ariyat dan panglima yang lebih rendah bernama Abrahah. Dalam peperangan ini Raja Du Nuwas dan pasukannya kalah, raja Du Nuwas karena tahu akan kalah dia dengan kudanya masuk kelaut dan tenggelam.
Setelah tewasnya raja Du Nuwas, Yaman dikuasai oleh Panglima Ariyat dan panglima yang lebih rendah bernama Abrahah. Terjadilah pertikaian dan saling berduel antara Ariyat dan Abrahah. Abrahah memenangkan duel ini dan membunuh Ariyat. Kabar ini sampai kepada raja Najasyi bahwa Abrahah telah memberontak dan membunuh Ariyat. Najasyi murka kepada Abrahah. Abrahah tahu kalau Najasyi marah kepadanya, Abrahah kemudian menulis surat kepada Najasyi bahwa dia tetap tunduk dan taat kepada raja Najasyi di Habsyah. Bahkan Abrahah memotong rambutnya, rambut beserta tanah Yaman dikirimkan kepada Najasyi di Habsyah supaya Najasyi ridho kepadanya. Abrahah berjanji kepada raja Najasyi, bahwa dia akan membangun gereja yang sangat besar, dia namakan gereja itu al qulais. Disebut al qulais karena gereja itu sangat tinggi sehingga jika ada orang yang menengadah ingin melihat puncak gereja itu, maka songkok atau qulais nya akan jatuh.
Tentara Bergajah yang Ingin Menghancurkan Ka’bah
Selain itu Abrahah juga bercita-cita supaya orang berhaji ke gerejanya bukan ke Ka’bah. Abrahah menulis cita-citanya itu ke raja Najasyi. Abrahah menyeru ke orang-orang termasuk orang Arab untuk berhaji ke gereja mewahnya. Tetapi mereka tetap berhaji ke Baitullah di Makkah. Ada seorang Arab yang sedang ke Yaman, mengotori gereja tersebut dengan buang air besar didalamnya ketika malam hari. Abrahah murka, penyebabnya karena gerejanya dikotori dan yang kedua karena orang Arab tetap berhaji ke Makkah bukan ke gereja al qulais di Yaman.
Abrahah merencanakan akan menghancurkan Ka’bah dengan membentuk pasukan bergajah. Pasukan Abrahah sangat banyak, dipasukannya ada 12 ekor gajah. Gajah terbesar bernama mahmud. Ke 12 gajah ini diberi rantai supaya nantinya 12 ekor gajah ini mengitari Ka’bah dan mencungkil Ka’bah dengan sekali cungkilan. Rencana ini didengar oleh orang Arab, beberapa kali Abrahah dihalangi tetapi Abrahah menang bahkan menawan mereka.
Abrahah mengutus anak buahnya untuk melihat kota Makkah dan merampas harta , harta yang dirampas termasuk 200 onta milik Abdul Muthalib kakek Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam (صلى الله عليه و سلم). Abdul Muthalib berusaha menemui Abrahah, ketika awal bertemu, Abrahah kagum dengan Abdul Muthalib, sehingga dia turun dari kursinya kemudian duduk di bawah bersama Abdul Muthalib. Abdul Muthalib mengungkapkan supaya 200 onta miliknya dikembalikan ke dia. Mendengar permintaan itu Abrahah berkata aku tadi kagum kepadamu, ternyata engkau kesini cuma karena 200 ekor onta, sungguh rendah engkau.Tempat ibadah kamu akan dihancurkan tetapi kamu minta hanya onta. Abdul Muthalib berkata, onta itu milik saya, sedangkan Ka’bah milik Allah, Allah akan menjaganya.
Ketika sudah dikembalikan 200 ekor ontanya, Abdul Muthalib memerintahkan penduduk Makkah untuk pergi ke gunung-gunung disekitar Makkah. Abdul Muthalib berdoa kepada Allah Subhanallahu Wa Ta’ala di Ka’bah supaya Allah Subhanallahu Wa Ta’ala menjaga Ka’bah. Setelah itu Abdul Muthalib pergi ke gunung-gunung disekitar Makkah.
Ketika sudah mendekati Makkah, ada seorang yang mendekati gajah terbesar yang bernama mahmud. Orang itu berkata kepada gajah terbesar itu sesungguhnya engkau ada ditanah suci Allah Subhanallahu Wa Ta’ala, engkau diam disini atau engkau kembali ke arah engkau datang. Setelah mengucapkan itu, orang ini berlari ke gunung disekitar Makkah. Mahmud berhenti dan tidak mau jalan lagi, tetapi ketika dipalingkan ke arah selain arah Ka’bah, gajah tersebut mau berjalan lagi. Gajah tersebut tetap dipaksa untuk jalan ke arah Ka’bah. Di awan nampak awan gelap, tetapi ternyata itu adalah sekumpulan burung-burung yang berbondong-bondong dengan membawa tiga buah batu. Batu-batu dilemparkan ke pasukan Abrahah, yang terkena batu ini sebagian langsung mati, ada yang berlari kemudian tubuh mereka tanggal dari yang lain akhirnya mati. Tetapi ada juga yang selamat tetapi cacat, sebagian yang selamat ini masih hidup seperti yang dilihat oleh Aisyah Radhiyallahu Anha. Abrahah sendiri berlari sampai pada suatu wilayah, badan Abrahah tanggal dari yang lain akhirnya dadanya juga terbelah dan jantungnya keluar. Kisah ini diabadikan dalam Al Quran surat Al Fiil. Ditahun inilah dilahirkannya Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam (صلى الله عليه و سلم).(http://www.sirahnabawiyah.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.