Partai Keadilan Sejahtera (PKS) hanya menduduki peringkat ke-4 dalam pemilihan umum (pemilu) tahun 2009. Namun, pada saat ini, dengan target tiga besar di pemilu 2013 menjadikannya partai yang disegani oleh lawan ataupun kawan politiknya. Apa buktinya?
Yang paling anyar adalah peristiwa kriminalisasi presiden partai Lutfi Hasan Ishak oleh KPK yang berujung dengan penggantiannya oleh Anis Matta. Penggantian ini tanpa makan waktu lama, tanpa ada huru-hara internal, berbiaya murah tanpa KLB, dan bahkan meningkatkan soliditas kader. Hasil jangka pendek yang tampak adalah dimenangkannya pilkada Jawa Barat dan Sumatera Utara.
Ini semestinya harus dicermati oleh masyarakat bahwa mengapa kapal PKS mampu melalui badai tornado itu dengan mulus, tak seperti tetangga sebelahnya. Mengambil kata pengamat perpolitikan, PKS mempunyai manajemen konflik yang luar biasa. Salah satu sebabnya adalah karena para kader tsiqah (percaya) betul terhadap para pimpinannya.
Para kader percaya pimpinannya tidak sejahat apa yang digambarkan oleh media. Para kader percaya bahwa sang presiden partai terpilih khususnya atau para qiyadah lainnya (pemimpin) secara umum adalah orang-orang yang tidak akan membawa gerbong penuh berisi kader itu ke dalam jurang kehancurannya. Modal percaya dari para kader itulah yang tidak dimiliki oleh partai lainnya. Sehingga yang terjadi adalah rebutan kursi kepemimpinan, rebutan pengaruh, dan rebutan menjadi sengkuni-sengkuni.
Mengapa para kader itu begitu percaya kepada para pimpinannya? Karena para kader yang dibina setiap pekannya itu tahu dan paham betul bahwa apa yang mereka lakukan adalah dalam kerangka dakwah. Dalam dakwah, merasa ragu dengan keputusan-keputusan qiyadah adalah salah satu tanda yang menunjukkan lemahnya komitmen terhadap dakwah, karena keraguan selalu disertai dengan buruk sangka. Dan buruk sangka mendorong timbulnya permusuhan, pertentangan, dan perpecahan. Muaranya adalah lemahnya barisan dakwah. Itu yang tidak diinginkan mereka.
Kepercayaan itu muncul dari rasa ikhlas, cinta dan penghargaan, penghormatan, serta ketaatan. Pihak eksternal akan memandang hal ini sebagai sebuah garansi kosong yang bernama taklid buta. Tapi tentu saja beda antara tsiqah dengan taklid itu. Karena tsiqah selalu diawali dari pemahaman, sedangkan taklid tidak.
Sebaliknya, dengan mendapatkan keutamaan sedemikian rupa ini, qiyadah dituntut untuk memberikan kewajiban-kewajiban yang harus mereka berikan kepada para kadernya: keteladanan. Ini sejatinya lalu membentuk ikatan soliditas dan militansi luar biasa yang ditunjukkan para kader dan pimpinannya dalam setiap perhelatan pemilu ataupun pilkada. Kisah-kisah heroiknya begitu mudah ditemukan dan dibaca.
Saat ini, dengan semangat tempur yang tinggi PKS seperti pasukan Shalahuddin Al Ayyubi yang hendak merebut Yerusalem atau seperti pasukan Muhammad Al Fatih yang akan menaklukkan Konstantinopel. Dan waktu telah membuktikan bahwa sulit merontokkan kadar kepercayaan kader PKS kepada pimpinannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.