Juwaibir memberikan kabar dari Adh-Dhahhak dari Ibn Abbas bahwa ia mengatakan, “Jin merupakan penghuni bumi, sementara malaikat adalah penghuni langit; merekalah yang meramaikan langit. Di setiap langit terdapat malaikat. Setiap penghuni langit selalu melakukan salat, bertasbih (menyucikan Tuhan), dan selalu berdoa. Penghuni langit yang lebih tinggi memiliki ibadah, doa salat, dan tasbih yang lebih banyak dibandingkan penghuni langit di bawahnya. Jadi, malaikat itu adalah penghuni langit, sementara jin adalah penghuni bumi.”
Ishaq juga mendapatkan berita dari Abu Ra’uf yang mendapatkannya dari Ikrimah yang mendapatkannya dari Ibnu Abbas, “Ketika Allah menciptakan bapaknya jin, Samum, yang dijadikannya dari nyala api, Ia berkata, ‘Hai jin, mintalah yang kamu inginkan!’ Jin menjawab, ‘Kami berharap agar kami dapat melihat manusia, tetapi kami tidak terlihat oleh mereka, agar kami menghilang di bawah tanah, dan kami tidak mati dalam keadaan tua renta, melainkan muda dulu’.” Artinya, bangsa jin bisa melihat tetapi tidak terlihat oleh manusia. Jika mati, mereka menghilang di dalam tanah, dan tidak mati sampai kembali muda.
Ishaq mengatakan, “Telah mengabarkan kepada saya Juwaibir dan Utsman dengan isnad mereka berdua bahwa Allah menciptakan jin dan memerintahkan mereka untuk menghuni bumi. Mereka menyembah Allah sampai batas waktu yang cukup lama, kemudian mereka mulai berbuat maksiat kepada Allah dan suka melakukan pertumpahan darah. Dalam lingkungan mereka dikenal seorang raja bernama Yusuf yang kemudian dibunuh oleh mereka. Lalu, Allah mengutus tentara dari malaikat yang berada di langit kedua. Dikatakan pula bahwa dalam kalangan jin terdapat iblis, berjumlah empat ribu makhluk jin, kemudian mereka turun dan membawa anak-anak jin dari bumi, mereka menjadi kuat dan mengikuti pemuka-pemukanya di pulau-pulau laut. Iblis dan tentara yang bersamanya tinggal di bumi. Karena mereka banyak, pekerjaan yang dilakukan menjadi mudah dan mereka pun senang tinggal di sana.”
As-Suyuthi di dalam Luqath al-Marjan fi al-Ahkam al-Jan menyebutkan bahwa Muqatil dan Juwaibir memberitahukan dari Adh-Dhahhak, dari Ibn Abbas, ia mengatakan, “Ketika Allah hendak menciptakan Adam, Ia berkata kepada para malaikat, ‘Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang khalifah di muka bumi ini.’ Kemudian, malaikat bertanya, ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu makhluk yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah’.” Ibn Abbas berkata, “Para malaikat tidak mengetahui sesuatu yang gaib. Mereka menganggap perbuatan anak Adam seperti perbuatan para jin. Sehingga, mereka mengatakan apakah Tuhan akan menjadikan makhluk yang suka merusak seperti bangsa jin membuat kerusakan dan suka menumpahkan darah, sebagaimana bangsa jin menumpahkan darah, seperti perbuatan yang mereka lakukan dengan membunuh nabi mereka yang bernama Yusuf.”
As-Suyuthi mengomentari riwayat-riwayat di atas bahwa sanad-sanadnya rusak. Abu Hudzaifah seorang yang suka berbuat kebohongan, Juwaibir diabaikan perkataannya, sedangkan Adh-Dhahhak tidak mendengarkan secara langsung dari Ibn Abbas.
Tetapi, Al-Hakim meriwayatkan di dalam kitab Al-Mustadrak dan menganggap sahih sebuah riwayat dari Ibn Abbas, yang ia mengatakan, “Allah berkata, ‘Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang khalifah di bumi ini.’ Mereka (para malaikat) bertanya, ‘Apakah Engkau akan menjadikan makhluk yang suka membuat kerusakan dan melakukan pertumpahan darah?’ Dua ribu tahun sebelum itu telah diciptakan jin; mereka membuat kerusakan dan melakukan pertumpahan darah. Lalu, Allah mengutus tentara dari kelompok malaikat. Para tentara itu memukul para jin, sehingga mereka terdampar di kepulauan laut. Karena itu, ketika Allah berkata kepada para malaikat, ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi ini,’ mereka berkata, ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu makhluk yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,’ sebagaimana yang telah diperbuat oleh para jin.”
Ibn Jarir, Ibn Abi Hatim, dan Abu asy-Syekh (dalam kitan Al-’Azhamah) meriwayatkan dari Abu al-’Aliyah, “Allah SWT menciptakan malaikat pada hari Rabu, menciptakan jin pada hari Kamis, dan menciptakan Adam pada hari Jumat. Kemudian, satu kaum dari jin ingkar dan kafir, sehingga malaikat turun ke bumi lalu memerangi mereka. Jadi, pertumpahan darah dan kerusakan berlangsung. Karena itu malaikat berkata, ‘Mengapa Engkau akan menjadikan (khalifah) di bumi itu makhluk yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah’.”
Dalam kitab Al-’Azhamah, Abu asy-Syekh berkata, “Saya mendapatkan berita dari Ahmad bin Muhammad al-Mashahafi, dari al-Bara, dari Abdul Mun’im bin Idris, dari bapaknya, ia berkata, ‘Wahab menyebutkan dari Ibn Abbas, ia mengatakan, ‘Allah menciptakan surga sebelum neraka, menciptakan rahmatnya sebelum kemarahan-Nya, menciptakan langit sebelum bumi, menciptakan matahari dan bulan sebelum bintang-bintang, menciptakan siang sebelum malam, menciptakan laut sebelum daratan, menciptakan daratan dan bumi sebelum gunung-gunung, menciptakan malaikat sebelum para jin, menciptakan jin sebelum manusia, dan menciptakan jenis laki-laki sebelum jenis perempuan’.”
Kisah-kisah tentang jin ini sifatnya boleh percaya boleh tidak, karena ilmunya ada pada Allah. Tetapi mengenai keberadaan mereka, semua sepakat bahwa mereka sama-sama makhluk mukallaf – yang terkena hukum wajib menyembah dan beribadah kepada Allah – seperti kita manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.