Bermula ketika redaksi menemukan literatur tentang penggunaan Hindiba pada masa kejayaan Turki Utsmani, maka kami pun mulai melakukan investigasi untuk menggali manfaat hindiba sebagai bagian dari perbendaharaan dalam Ath-Thibbun Nabawi. Pada pembahasan pendahuluan, redaksi sempat mengutarakan hadits tentang Hindiba. Hadits lain tercantum dalam silsilah hadits dha’if dan maudhu karya Al-Syaikh Nashiruddin al-Albany sebagai hadits maudhu. Kini, redaksi akan mengulas lebih dalam tentang apa dan bagaimana tanaman hindiba tersebut.
“Hendaklah kalian menggunakan al-Hindiba, karena sesungguhnya tidak sehari pun kecuali pastilah tertetesi tetesan dari surga.” Shaikh Nashiruddin al-Albany menyebutkan derajat hadits ini adalah maudhu’. Hadits tersebut telah dikeluarkan oleh Abu Naim dalam ath-thibb dengan sanad dari Muhammad bin Abi Yahya, dari Shalih bin Sahl, dari Musa bin Mu’adz, dari Umar bin Yahya bin Abi Salamah, dari Ummu Kultsum binti Abi Salamah, dari Ibnu Abbas r.a. Menurut Syaikh, sanad hadits ini sangat lemah, sebab Musa bin Mu’adz dan Umar bin Yahya telah dinyatakan dha’if oleh ad-Daruquthni. Bahkan oleh Abu Naim sendiri, Umar bin Yahya dinyatakan sebagai perawi sanad yang ditinggalkan atau tidak diterima riwayatnya oleh pada ahli hadits.
Lebih lanjut Syaikh menandaskan, adapun mengenai rijal (perawi) sanad yang di bawah keduanya tidaklah dikenal, alias majhul. Bahkan as-Suyuthi dalam kitabnya, al-Aali, menyatakan bahwa semua rijal sanad riwayat ini adalah rusak.
Adapun Ibnu Qoyyim selain menyebutkan hadits di atas beliau juga menyebutkan dua hadits lain dalam bab Ath-Thibbun Nabawi. Keduanya adalah:
“Barangsiapa yang memakan buah hindiba, kemudian tidur, ia tidak akan terkena racun ataupun sihir.”
“Masing-masing dari daun pohon hindiba, pasti mengandung tetesan air dari Surga.”
Ibnu Qoyyim menjelaskan bahwa, meskipun hadits tersebut marfu’ namun semuanya tidak ada yang shahih. Sedangkan terkait dengan sifatnya Syaikh menyatakan hindiba adalah tanaman yang sifatnya bergantung pada musim.
Lebih jauh Ibnu Qoyyim mengulas bahwa buah hindiba bisa berbolak-balik sifatnya bergantung pada perubahan musim yang empat dalam satu tahun. Pada musim dingin sifatnya juga dingin dan lembab. Pada musim kemarau sifatnya panas dan kering, pada musim semi dan musim gugur sifatnya menjadi netral. Buah hindiba memiliki sifat pengikat dan mendinginkan, baik sekali untuk lambung. Bila dimasak dan dicampur dengan cuka, bisa memperkuat otot perut terutama sekali hindiba barat, lebih baik untuk lambung dan lebih mengikat, berkhasiat juga mengatasi lemah lambung.
Kalau dibalurkan, hindiba bisa meredakan inflamasi yang terjadi pada lambung, berkhasiat juga terhadap penyakit niqris (encok), berbagai jenis pembengkakan pada mata yang panas, bahkan bila dibalutkan daun dan akarnya bisa berkhasiat mengatasi sengatan kalajengking.
Buah hindiba juga berkhasiat memperkuat lambung, membuka penyumbatan yang terjadi pada lever, bermanfaat juga untuk mengatasi sakit yang bersifat panas dan dingin, membuka penyumbatan pada limpa, pembuluh darah dan usus serta membersihkan saluran ginjal. Hindiba terbaik untuk pengobatan lever adalah yang paling pahit.
Jus hindiba berkhasiat menyembuhkan penyakit kuning yang tersumbat, terutama bila dicampur dengan kurma muda. Bila ditumbuk dengan daunnya, lalu dibalurkan pada radang tertentu, bisa mendinginkan dan mengkontaminasi pembengkakannya. Bisa juga membersihkan dada dan meredam panas darah dan hepatitis. Lebih baik disantap tanpa dicuci dan dibersihkan, karena pencucian atau pembersihan akan menyebabkan energy yang terkandung padanya terlepas. Selain itu buah hindiba mengandung energy tambahan sebagai penawar racun.
Jika air hindiba digunakan sebagai celak, bisa mengobati rabun malam. Daunnya termasuk energi tambahan, berkhasiat menjadi penawar racun kalajengking, bahkan juga penawar kebanyakan racun. Kalau airnya diperas lalu dicampurkan ke dalam minyak zaitun dapat menyembuhkan berbagai penyakit yang mematikan, apabila airnya diperas lalu diminum, bisa mengatasi akibat gigitan kalajengking dan kelabang. Milk-nya (pasta) bisa membersihkan putih mata.
Sementara penulis al-Qonun menyebutkan bahwa hindiba bersifat dingin dan lembab pada derajat pertama. Namun demikian sifatnya dapat berubah, terutama pada beberapa jenis hindiba tertentu menjadi bersifat kering pada derajat kedua, bahkan beberapa jenis cenderung bersifat panas. Penulis al-Qonun menyebutkan alasan perubahan sifat hindiba sebagai berikut, “Di musim panas tingkat kepahitan hindiba lebih tinggi dan karena peningkatan kepahitan tersebut, maka sifatnya cenderung menjadi panas pada tingkatan tertentu.”
Apakah Hindiba Itu?
Hindiba dalam bahasa Inggris disebut dengan endive atau chicory, sementara dalam bahasa Persia disebut kyasni (kasni). Dalam buku Turkish Materia Medica, kata hindiba merujuk kepada dua jenis tanaman herba yang berasal dari keluarga Chicorium, yaitu Chicorium endivia (endive) dan Chicorium intybus (Chicory).
Sementara dalam bahasa Indonesia kata hindiba merujuk pada tanaman yang disebut andewi. Sebutan andewi disematkan pada tanaman yang berasal dari keluarga Chicorium jenis endive (Chicorium endivia), yaitu tanaman yang biasa dijadikan sayuran dan dibudidayakan di dataran tinggi di Indonesia. Sementara untuk jenis Chicorium intybusbelum ada di tanah air.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.