Seluruh kota Itali dalam keadaan panik karena merasa bahaya yang semakin mendekati mereka. Hal itu pula yang membuat Paus Siktus IV , begitu khawatir dengan keselamatan kota Roma. Ia membuat surat ajakan perang Salib baru yang pernah ia buat pada tahun 1471 kepada Hongaria, Perancis dan sejumlah negara Eropa lainnya untuk melawan Turki. Semua menjawab panggilan perang itu dengan baik kecuali Venice, yang masih memiliki perjanjian dengan Turki. Paus telah pula membuat rencana untuk mengevakuasi seisi Roma apa bila pasukan Turki telah berada di gerbang kota. Menjelang akhir Agustus, Pasha Ahmad mengirimkan 70 kapal dari armada Ottoman untuk menyerang kota Vieste.
Pada bulan Oktober, Pasha menyerang kota-kota Lecce, Taranto, dan Brindisi. Ia meninggalkan pasukan di Otranto yang terdiri dari 800 infanteri dan 500 kavaleri. Hanya saja saat itu cuaca sangat tidak menguntungkan buat pasukan Turki. Pasha telah kehilangan kesempatan untuk menyerang daerah barat laut, terlebih lagi saat itu persediaan makanan amat sulit di temukan di Apulia. Kemudian ia memutuskan untuk berlayar meninggalkan Itali sebelum terjadinya badai musim dingin di Adriatik yang ia sadari akan memotong komunikasi sepenuhnya dari Konstantinopel. Tapi ia tetap meninggalkan pasukan di Otranto dengan maksud apabila musim dingin selesai maka ia akan kembali dengan jumlah pasukan yang lebih besar.
Pengepungan Otranto oleh pasukan Turki terus berlanjut dalam beberapa bulan lamanya. Puncak serangan di bulan Agustus dan September 1481. Di serangan kedua ini Otranto dapat di kuasai , namun ini tidak bertahan lama karena bantuan untuk Otranto terus berdatangan dan jumlah pasukan musuh yang terus bertambah. Investasi kekuatan benar-benar di fokuskan pada Otranto, hingga seluruh pasukan Turki di Otranto syahid dan tidak ada yang bersisa.
Dan di tahun yang sama pada tanggal 3 Mei 1481, Sultan Muhammad Al Fatih pun wafat di sebuah kota Gebze di saat ia sedang fokus untuk mempersiapkan perang berikutnya. Sebagian besar pendapat mengatakan kematiannya yang mendadak itu karena ia di racun. Seluruh Eropa berbahagia dengan kematian Muhammad Al Fatih. Bahkan Paus memerintahkan untuk berdo’a secara khusus di gereja-gereja atas kematian Muhammad Al Fatih.
Tinggal 650 KM
Otranto sebuah kota yang menjadi saksi tentang upaya generasi muslim untuk mewujudkan kalimat nabinya ,
Pada bulan Oktober, Pasha menyerang kota-kota Lecce, Taranto, dan Brindisi. Ia meninggalkan pasukan di Otranto yang terdiri dari 800 infanteri dan 500 kavaleri. Hanya saja saat itu cuaca sangat tidak menguntungkan buat pasukan Turki. Pasha telah kehilangan kesempatan untuk menyerang daerah barat laut, terlebih lagi saat itu persediaan makanan amat sulit di temukan di Apulia. Kemudian ia memutuskan untuk berlayar meninggalkan Itali sebelum terjadinya badai musim dingin di Adriatik yang ia sadari akan memotong komunikasi sepenuhnya dari Konstantinopel. Tapi ia tetap meninggalkan pasukan di Otranto dengan maksud apabila musim dingin selesai maka ia akan kembali dengan jumlah pasukan yang lebih besar.
Pengepungan Otranto oleh pasukan Turki terus berlanjut dalam beberapa bulan lamanya. Puncak serangan di bulan Agustus dan September 1481. Di serangan kedua ini Otranto dapat di kuasai , namun ini tidak bertahan lama karena bantuan untuk Otranto terus berdatangan dan jumlah pasukan musuh yang terus bertambah. Investasi kekuatan benar-benar di fokuskan pada Otranto, hingga seluruh pasukan Turki di Otranto syahid dan tidak ada yang bersisa.
Dan di tahun yang sama pada tanggal 3 Mei 1481, Sultan Muhammad Al Fatih pun wafat di sebuah kota Gebze di saat ia sedang fokus untuk mempersiapkan perang berikutnya. Sebagian besar pendapat mengatakan kematiannya yang mendadak itu karena ia di racun. Seluruh Eropa berbahagia dengan kematian Muhammad Al Fatih. Bahkan Paus memerintahkan untuk berdo’a secara khusus di gereja-gereja atas kematian Muhammad Al Fatih.
Tinggal 650 KM
Otranto sebuah kota yang menjadi saksi tentang upaya generasi muslim untuk mewujudkan kalimat nabinya ,
Abu Qubail berkata: Ketika kami bersama Abdullah bin Amr bin al-Ash, dia ditanya: dua kota ini mana yang akan ditaklukkan terlebih dahulu; Konstantinopel atau Roma? Abdullah bin Amr bin Ash meminta kotak miliknya, dia mengeluarkan dari dalamnya sebuah buku. Kemudian Abdullah berkata: Ketika kami sedang ada di sekeliling Rasulullah, kami menulis, Rasulullah ditanya: dua kota ini mana yang akan ditaklukkan terlebih dahulu; Konstantinopel atau Roma? Rasulullah bersabda, Kota Heraklius yang akan ditaklukkan terlebih dahulu. Yaitu Konstantinopel. (HR. Ahmad, dishahihkan oleh Al Hakim, Adz Dzahabi dan Al Albani)
Muhammad Al Fatih menaklukkan Konstantinopel setelah 800 tahun ucapan Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam. Dan keinginannya untuk menaklukkan kota berikutnya “Roma” terhenti di Otranto. Otranto yang jaraknya ke kota Roma hanya tinggal 650KM. Atau kurang sedikit dari jarak Jakarta Surabaya. Dan di kota inilah semua kebesaran Roma di pertaruhkan. Di kota ini pula semua kekuatan Salibis di pusatkan. Karena mereka semua menyadari bahwa apabila kota ini di taklukkan maka Roma hanya tinggal selangkah lagi. Banyak pengamat sejarah mengatakan seandainya Otranto jatuh ke tangan muslimin saat itu maka sejarah Roma hari ini akan berubah.
Takdir Allah Subhanawata’ala hanya memberikan Konstantinopel buat Muhammad Al Fatih. Sementara Roma Allah Subhanawata’ala sediakan buat generasi setelahnya yang sadar betul bahwa ucapan Rasulullah ini pasti terwujud, karena tidaklah yang di ucapkan Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wa sallam melainkan kebenaran wahyu Allah Subhanawata’ala . (An Najm : 4). Ini adalah proyek antar generasi yang menjalin kesholehan satu dengan lainnya. Kesholehan yang tidak berhenti pada sebuah masa tertentu. Hingga lahir seseorang pemimpin yang Sholeh dan brilian seperti Muhammad Al Fatih. Ia yang hafal quran sejak kecil, sadar betul bahwa benteng Konstantinopel tersebut akan di taklukkan oleh seorang pemimpin terbaik dengan pasukan terbaik. Yang ia lakukan adalah berupaya menjadikan dirinya menjadi terbaik di hadapan Allah dan memastikan bahwa pasukan yang ia pimpin adalah orang-orang terbaik di hadapan Allah. Dalam usia 19 tahun sudah menjadi gubernur di Magnesia. Saat berusia 21 tahun, ia yang menguasai 6 bahasa di luar bahasa ibunya (Bahasa Turki), ia pun menguasai ilmu militer, pemerintahan, matematika, pengetahuan alam, dan berbagai ilmu lain pun akhirnya menundukkan Konstantinopel.
Roma pasti akan di taklukkan, karena itu sudah terucap oleh Nabi Shalallahu’alaihi wasallam. Tinggal siapa di antara orang tua, para guru dan setiap individu muslim yang ingin berjuang menghasilkan generasi-generasi sekualitas Al Fatih yang akan mewujudkan perkataan Nabi Shalallahu’alaihi wasallam sebagai penakluk Roma. Mungkin kita hari ini tidak sempat merasakannya tapi menjadi bagian dari proses itu tentulah sebuah amal sholeh yang mulia.
Muhammad Al Fatih menaklukkan Konstantinopel setelah 800 tahun ucapan Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam. Dan keinginannya untuk menaklukkan kota berikutnya “Roma” terhenti di Otranto. Otranto yang jaraknya ke kota Roma hanya tinggal 650KM. Atau kurang sedikit dari jarak Jakarta Surabaya. Dan di kota inilah semua kebesaran Roma di pertaruhkan. Di kota ini pula semua kekuatan Salibis di pusatkan. Karena mereka semua menyadari bahwa apabila kota ini di taklukkan maka Roma hanya tinggal selangkah lagi. Banyak pengamat sejarah mengatakan seandainya Otranto jatuh ke tangan muslimin saat itu maka sejarah Roma hari ini akan berubah.
Takdir Allah Subhanawata’ala hanya memberikan Konstantinopel buat Muhammad Al Fatih. Sementara Roma Allah Subhanawata’ala sediakan buat generasi setelahnya yang sadar betul bahwa ucapan Rasulullah ini pasti terwujud, karena tidaklah yang di ucapkan Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wa sallam melainkan kebenaran wahyu Allah Subhanawata’ala . (An Najm : 4). Ini adalah proyek antar generasi yang menjalin kesholehan satu dengan lainnya. Kesholehan yang tidak berhenti pada sebuah masa tertentu. Hingga lahir seseorang pemimpin yang Sholeh dan brilian seperti Muhammad Al Fatih. Ia yang hafal quran sejak kecil, sadar betul bahwa benteng Konstantinopel tersebut akan di taklukkan oleh seorang pemimpin terbaik dengan pasukan terbaik. Yang ia lakukan adalah berupaya menjadikan dirinya menjadi terbaik di hadapan Allah dan memastikan bahwa pasukan yang ia pimpin adalah orang-orang terbaik di hadapan Allah. Dalam usia 19 tahun sudah menjadi gubernur di Magnesia. Saat berusia 21 tahun, ia yang menguasai 6 bahasa di luar bahasa ibunya (Bahasa Turki), ia pun menguasai ilmu militer, pemerintahan, matematika, pengetahuan alam, dan berbagai ilmu lain pun akhirnya menundukkan Konstantinopel.
Roma pasti akan di taklukkan, karena itu sudah terucap oleh Nabi Shalallahu’alaihi wasallam. Tinggal siapa di antara orang tua, para guru dan setiap individu muslim yang ingin berjuang menghasilkan generasi-generasi sekualitas Al Fatih yang akan mewujudkan perkataan Nabi Shalallahu’alaihi wasallam sebagai penakluk Roma. Mungkin kita hari ini tidak sempat merasakannya tapi menjadi bagian dari proses itu tentulah sebuah amal sholeh yang mulia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.