Tangisnya melengking memecah malam saat ia dilahirkan. Tangisnya adalah kebahagiaan kami setelah sekian lama menantinya. la hadir di tengah putus asa kami setelah diagnosa dokter bahwa kami akan sulit punya momongan. Dan itulah keajaiban karunia Allah pada keluarga kecilku ….
Aku dan suami menikah hampir dua puluh tahun lalu. Aku dan suami berjumpa saat kami sama-sama menjadi TKI di Hongkong. Aku diperkenalkan oleh seorang kawan yang sama-sama bekerja di sana. Itupun aku tak menanggapi perkenalan dengan berlebihan. Aku memang pemalu dan tertutup. Semua terjadi sambil lalu. Apalagi kala itu niatku cuma satu, konsentrasi mencari biaya pengobatan untuk ibu yang stroke.
Aku lahir sebagai sulung dari empat bersaudara. Kami semua perempuan. Praktis sepeninggal bapak aku menjadi tulang punggung keluarga. Selepas lulus SMU, aku membantu ibu berdagang. Alhamdulillah, dengan modal keuletan aku bisa berdagang mandiri dengan membuka toko kecil-kecilan. Semua berjalan baik selama hampir 3 tahun.
Dan semua berubah manakala bapak divonis kanker paru-paru. Toko akhirnya ludes terjual untuk pengobatan bapak. Apa yang kami usahakan tak berhasil. Bapak akhirnya tak tertolong. Setahun setelah kepergian bapak, darah tinggi ibu membuatnya mengalami stroke seluruh badan setelah terjatuh di kamar mandi. Toko milik ibu pun akhirnya bangkrut.
Itulah awal kisah yang membawaku menjadi TKW.
Uang yang kukirim dari Hongkong itulah yang kupakai untuk membiayai ibu dan adik-adik. Alhamdulillah, perlahan ibu berangsur sembuh. Saat keadaan mulai membaik, Allah mempertemukanku kembali dengan pria kenalanku dulu di sebuah rumah sakit Hongkong.
Singkat cerita kami akhirnya menikah setelah pulang ke Tanah Air, tanpa proses pacaran. Baru menikah seumurjagung, cobaan datang. Aku mengalami menstruasi yang tak kunjung henti. Dari diagnosa dokter aku divonis menderita kanker leher rahim. Duniaku menjadi gelap. Yang ada di benakku, bagaimana nanti nasib itu dan adik-adikku.
Terapi kujalani. Puluhan juta biaya keluar. Tubuhku tinggal tulang namun kesembuhan tak juga datang. Alhamdulillah, pertolongan Allah muncul. Seorang teman menyarankan berobat Sinshe. Saudaranya pernah menderita sakit yang sama dan berhasil sembuh. Dengan bismillah aku mencobanya. Dalam 25 hari penyakitku rontok dan dokter pun terheran-heran. Subhanallah, aku senang luar biasa.
Setahun dari kesembuhan, aku mengalami sakit perut yang luar biasa, hingga keringat dingin bercucuran. Saat itu aku terlambat menstruasi sehari. Alhasil aku opname karena sakit tak mereda. Obat sudah diberi, tapi nyeri makin menjadi. Setelah menjalani serangkaian diagnosa ternyata aku hamil di luar kandungan!!
Dokter memutuskan agar aku menjalani operasi. Kabar bahagia itu berubah menjadi mengerikan. Aku akhirnya pasrah setelah dokter bilang tak ada cara lain untuk menyelamatkan calon janinku.
Dua tahun berikutnya, aku kembali berjuang melawan kanker rahim dan mioma sekaligus. Seperti dulu lagi, saat menstruasi aku sering merasakan sakit yang sangat. Darah keluar banyak hingga berpekan-pekan.Saat kubawa ke dokter hasilnya mengejutkanku dan suami. Sempat aku menangis karena takut, sedih juga tak percaya dengan apa yang menimpaku. Rasanya baru kemarin aku lepas dari lubang buaya, kini masuk ke mulut harimau. Alhamdulillah dukungan keluarga dan suami menguatkan aku. Aku berjuang mencari kesembuhan hingga hampir tiga tahun kedepan.
Meski lelah lahir batin dan materi, kami tak putus asa. Aku sangat bersyukur memiliki suami yang rela dan setia menemaniku saat susah dan senang. Sedikit pun ia tak mengeluh dengan keadaan dan kesempitan yang menimpa kami bertubi-tubi. la selalu memintaku positive thinking dan bersyukur atas semua keadaan yang kualami. Memasuki tahun ketiga, sakitku mulai mereda. Tanda-tanda kesembuhan mulai nampak. Kondisiku berangsur membaik. Namun dokter bilang aku akan sulit memperoleh keturunan bila kondisi rahimku terus digerogoti penyakit menakutkan ini. Bisa sehat saja, itu sudah luar biasa.
Saat masa penyembuhan itulah aku mengandung. Aku bahagia, tapi suamiku dan dokter sangat khawatir. Bahkan dokter memintaku menggugurkan kandungan dengan alasan kesehatanku dan khawatir janin tak berkembang baik. Namun aku bersikukuh mempertahankannya.
Subhanallah, perkiraan dokter meleset. Kekhawatiran suami akan kondisi kesehatanku tak terbukti. Selama mengandung aku baik-baik saja, janinku berkembang sehat. Bahkan selama mengandung aku sama sekali tak minum obat kanker pemberian dokter dan sama sekali itu tak membuat aku drop atau sakit-sakitan. Aku hanya minum vitamin dan madu serta makanan sehat lain.
Dengan persalinan normal, bayiku lahir sembilan bulan kemudian. Semua lancar. Bayiku dipastikan sehat, begitu pula diriku. Tangis bayiku hari itu adalah kebahagiaan kami semua. Dia keajaiban bagi kami setelah sembilan tahun aku bolak balik menderita kanker rahim. Ia hadiah indah di rumah kecilku, menyusul kemudian dua adik kembarnya. Karena setelah itu, rahimku tak lagi bisa diselamatkan. Kini aku benar-benar telah sembuh, Insya Allah. Dan mudah-mudahan Allah senantiasa menjaga kami semua, serta menjadikan Najwa dan adik-adiknya anak-anak yang shalihah. (***)
Sumber : Ruang Diskusi Ch Olivia Wijaya
Seperti dikisahkan Ummu Najwa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.