Pada 1834 ditemukan didalam tanah yang berlokasi di Hisn Al-Ghurab dekat kota Aden di Yaman sebuah naskah bertuliskan aksara Arab Lama (Hymarite) yang menunjukkan nama Nabi Hud. Dalam naskah itu antara lain tertulis, “Kami memerintah dengan menggunakan Hukum Hud.
” Selanjutnya pada 1964-1969 dilakukan penggalian arkeologis, dan dari hasil analisis pada 1980 ditemukan informasi dari salah satu lempeng tentang adanya hal yang disebut “Shamutu, ‘Ad, dan Iram”.
Prof Pettinato mengidentifikasikan nama-nama tersebut dengan nama-nama yang disebut pada Surah Al-Fajr tadi.
Bukti arkeologis lain tentang kota Iram adalah hasil ekspedisi Nicholas Clapp di Gurun Arabia Selatan pada 1992.
Nicholas menemukan bukti dari seorang penjelajah tentang jalan kuno ke Iram (Ubar). Kemudian atas bantuan dua orang ahli lainnya, yaitu Juris Zarin dari Universitas Negara Bagian Missouri Barat Daya, dan penjelajah Inggris, Sir Ranulph Fiennes, mereka berusaha mencari kota yang hilang itu bersama-sama ahli hukum George Hedges.
Mereka menggunakan jasa pesawat ulang-alik Challenger (milik NASA) dengan sistem Satellite Imaging Radar (SIR) untuk mengintip bagian bawah gurun Arabia yang diduga sebagai tempat tenggelamnya kota yang terkena longsoran itu. Untuk lebih meyakinkan, mereka juga meminta jasa satelit Prancis, yang menggunakan sistem penginderaan optik.
Dari petualangannya di semenanjung Arab ini, Clapp dan timnya berhasil tiba di reruntuhan bersejarah yang dikenal sebagai kota Ubar. Sejak reruntuhan kota ini ditemukan, diketahui bahwa inilah peninggalan kaum 'Aad sebagaimana dikisahkan dalam Al Qur'an, berikut kota Iram yang mereka bangun.
Selama penyelidikannya, Clapp juga menggunakan Al Qur'an sebagai pedoman.
Salah satu petunjuk dari Al Qur'an melukiskan bahwa kota Iram memiliki tiang-tiang tinggi (yang dalam bahasa arab bisa juga berarti menara).
Sisa-sisa menara tinggi ini terkuak begitu saja selama penggalian. Berkat bantuan teknologi grafis tiga dimensi, para ilmuwan mampu merekonstruksinya. Dr. Zarins, anggota tim yang melakukan penggalian, mengatakan menara-menara inilah yang membedakan kota ini dari temuan arkeologi lainnya, dan membenarkan situs tersebut sebagai kota Iram milik kaum 'Aad sebagaimana disebutkan dalam Al Qur'an:
"Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum 'Aad? (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi, yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain," (QS. Al Fajr, 89:6-8)
Kaum 'Aad yang jejaknya ditemukan para arkeolog di kota Ubar tersebut, adalah penentang Nabi Hud yang diutus kepada mereka; akibatnya mereka dibinasakan Allah. Sebagaimana firman Allah:
"Kaum 'Aad pun telah mendustakan (pula). Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang sangat kencang pada hari nahas yang terus menerus, yang menggelimpangkan manusia seakan-akan mereka pokok kurma yang tumbang." (QS. Al Qamar, 54:18-20)
Dikisahkan dalam ayat tersebut bagaimana Kaum 'Aad melihat awan yang akan mengazab mereka, namun mereka tak menyadarinya. Angin puyuh yang bergerak dan menerbangkan pasir gurun tampak dari kejauhan menyerupai awan hujan. Kaum 'Aad tertipu oleh penampakan ini sehingga tidak menyadari bahaya badai gurun tersebut. Nyatanya, Ubar, sang "Atlantis Gurun Pasir", ditemukan di bawah lapisan pasir dengan ketebalan beberapa meter.
Di Ubar, badai pasir ganas mampu menerbangkan dan mengumpulkan sejumlah besar pasir dalam waktu singkat dan tanpa diduga.
Dalam Al Qur'an, Allah memberitakan Kaum 'Aad berpaling dari jalan yang lurus karena kesombongannya. Mereka mendurhakai Allah, menyembah selain Allah. Mereka berjalan di muka bumi ini dengan penuh kesombongan. Bahkan mereka melakukan penyimpangan seksual serta kemaksiatan lainnya. Sehingga Allah membinasakan mereka.
Tepat sekali dillukiskan dalam Al Qur'an: "Adapun kaum 'Aad maka mereka menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar dan berkata: 'Siapakah yang lebih besar kekuatannya dari kami?' Dan apakah mereka itu tidak memperhatikan bahwa Allah yang menciptakan mereka adalah lebih besar kekuatan-Nya dari mereka? Dan adalah mereka mengingkari tanda-tanda (kekuatan) Kami" (QS. Fushshilat, 41:15).
Allah sengaja memberitakan kisah nyata ini dalam Al Qur'an, dan mengajak kita semua mengambil pelajaran dari kehancuran kaum ini dan menjadikannya sebagai peringatan
” Selanjutnya pada 1964-1969 dilakukan penggalian arkeologis, dan dari hasil analisis pada 1980 ditemukan informasi dari salah satu lempeng tentang adanya hal yang disebut “Shamutu, ‘Ad, dan Iram”.
Prof Pettinato mengidentifikasikan nama-nama tersebut dengan nama-nama yang disebut pada Surah Al-Fajr tadi.
Bukti arkeologis lain tentang kota Iram adalah hasil ekspedisi Nicholas Clapp di Gurun Arabia Selatan pada 1992.
Nicholas menemukan bukti dari seorang penjelajah tentang jalan kuno ke Iram (Ubar). Kemudian atas bantuan dua orang ahli lainnya, yaitu Juris Zarin dari Universitas Negara Bagian Missouri Barat Daya, dan penjelajah Inggris, Sir Ranulph Fiennes, mereka berusaha mencari kota yang hilang itu bersama-sama ahli hukum George Hedges.
Mereka menggunakan jasa pesawat ulang-alik Challenger (milik NASA) dengan sistem Satellite Imaging Radar (SIR) untuk mengintip bagian bawah gurun Arabia yang diduga sebagai tempat tenggelamnya kota yang terkena longsoran itu. Untuk lebih meyakinkan, mereka juga meminta jasa satelit Prancis, yang menggunakan sistem penginderaan optik.
Dari petualangannya di semenanjung Arab ini, Clapp dan timnya berhasil tiba di reruntuhan bersejarah yang dikenal sebagai kota Ubar. Sejak reruntuhan kota ini ditemukan, diketahui bahwa inilah peninggalan kaum 'Aad sebagaimana dikisahkan dalam Al Qur'an, berikut kota Iram yang mereka bangun.
Selama penyelidikannya, Clapp juga menggunakan Al Qur'an sebagai pedoman.
Salah satu petunjuk dari Al Qur'an melukiskan bahwa kota Iram memiliki tiang-tiang tinggi (yang dalam bahasa arab bisa juga berarti menara).
Sisa-sisa menara tinggi ini terkuak begitu saja selama penggalian. Berkat bantuan teknologi grafis tiga dimensi, para ilmuwan mampu merekonstruksinya. Dr. Zarins, anggota tim yang melakukan penggalian, mengatakan menara-menara inilah yang membedakan kota ini dari temuan arkeologi lainnya, dan membenarkan situs tersebut sebagai kota Iram milik kaum 'Aad sebagaimana disebutkan dalam Al Qur'an:
"Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum 'Aad? (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi, yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain," (QS. Al Fajr, 89:6-8)
Kaum 'Aad yang jejaknya ditemukan para arkeolog di kota Ubar tersebut, adalah penentang Nabi Hud yang diutus kepada mereka; akibatnya mereka dibinasakan Allah. Sebagaimana firman Allah:
"Kaum 'Aad pun telah mendustakan (pula). Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang sangat kencang pada hari nahas yang terus menerus, yang menggelimpangkan manusia seakan-akan mereka pokok kurma yang tumbang." (QS. Al Qamar, 54:18-20)
Dikisahkan dalam ayat tersebut bagaimana Kaum 'Aad melihat awan yang akan mengazab mereka, namun mereka tak menyadarinya. Angin puyuh yang bergerak dan menerbangkan pasir gurun tampak dari kejauhan menyerupai awan hujan. Kaum 'Aad tertipu oleh penampakan ini sehingga tidak menyadari bahaya badai gurun tersebut. Nyatanya, Ubar, sang "Atlantis Gurun Pasir", ditemukan di bawah lapisan pasir dengan ketebalan beberapa meter.
Di Ubar, badai pasir ganas mampu menerbangkan dan mengumpulkan sejumlah besar pasir dalam waktu singkat dan tanpa diduga.
Dalam Al Qur'an, Allah memberitakan Kaum 'Aad berpaling dari jalan yang lurus karena kesombongannya. Mereka mendurhakai Allah, menyembah selain Allah. Mereka berjalan di muka bumi ini dengan penuh kesombongan. Bahkan mereka melakukan penyimpangan seksual serta kemaksiatan lainnya. Sehingga Allah membinasakan mereka.
Tepat sekali dillukiskan dalam Al Qur'an: "Adapun kaum 'Aad maka mereka menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar dan berkata: 'Siapakah yang lebih besar kekuatannya dari kami?' Dan apakah mereka itu tidak memperhatikan bahwa Allah yang menciptakan mereka adalah lebih besar kekuatan-Nya dari mereka? Dan adalah mereka mengingkari tanda-tanda (kekuatan) Kami" (QS. Fushshilat, 41:15).
Allah sengaja memberitakan kisah nyata ini dalam Al Qur'an, dan mengajak kita semua mengambil pelajaran dari kehancuran kaum ini dan menjadikannya sebagai peringatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.