(Kisah Nyata dari Amman – Jordan)
Sepasang wanita muda sedang bersantai di sebuah bar hotel, dengan pemandangan “Laut Mati” (Dead Sea), sekitar 40 km dari kota Amman. Mereka menikmati “tequilla”, salah satu minuman keras yang paling umum disana ~ sebelum kemudian mereka beranjak pulang.
Ketika dalam perjalanan pulang, keduanya menyaksikan seorang wanita yang tergeletak di tengah jalan, keadaannya sangat mengerikan. Wanita itu sangat dikenal oleh keduanya, seorang PSK yang selalu mabuk dari hasil kerjaannya. Ia tewas ketika menyeberang dalam keadaan mabuk. Tubuhnya yang kurus dengan perut yang buncit itu dihantam sebuah truk hingga terlempar. Tulang kepalanya remuk. Paha kanannya terpisah dari tubuhnya. Perutnya robek serta terlihat kepala bayi kecil tersembul dari perut ibunya yang bermandikan darah dan arak. Pemandangan menyeramkan itu membuat kedua wanita itu jatuh pingsan.
Keesokan harinya kedua wanita itu bertemu di sebuah mall di kota Amman. Akan tetapi yang satu sudah jauh berubah, ia telah mengenakan jilbab. Wajahnya memancarkan cahaya taubat, kelopak matanya membengkak karena banyak menangis. Sehingga wanita kedua tampak kaget, “Hei, apa aku tak salah lihat?” serunya dengan keheranan.
Wanita pertama berkata lirih, “Aku takut dan malu pada-Nya, aku jijik terhadap diriku, aku rindu pada keindahan, pada kesucian dan kemuliaan, hanya Tuhanku yang mau memaafkanku, hanya Dia yang dapat memuliakan dan menyucikanku…” Belum selesai ia berbicara wanita kedua sudah berlalu dari hadapannya.
Tiga bulan berlalu. Kedua wanita itu tak pernah berhubungan lagi. Wanita pertama sedang asyik melewatkan sore harinya bersama Al-Qur’an, yang dulu sore harinya ia habiskan bersama tequilla. Tiba tiba ponselnya berbunyi. Dengan sangat berat ia berhenti dan menjawab telepon, dan ternyata si penelepon adalah temannya yang sudah tiga bulan tak pernah mau berhubungan dengannya.
Temannya berkata, “Bagaimana sih caranya bertaubat?” Dengan gembira wanita shalihah itu menjelaskannya. Tetapi temannya terdiam dan berkata dengan berat, “Sholat?, pake jilbab?, aduh malas ah, aku berat melakukannya.” Wanita shalihah itu terus memberi pengertian. Namun temannya memang kepala batu, seraya berkata, “ngga’ deh, aku belum mau jadi biarawati!”, ia memutus hubungan teleponnya.
Tiga hari kemudian, wanita shalihah itu mendapat kabar bahwa temannya telah menemui ajalnya. Ia bergegas untuk melayat ke rumah temannya. Ia tiba di rumah temannya bersamaan dengan ibu dari temannya tersebut. Namun ternyata mereka datang terlambat, penguburan sudah usai! Selanjutnya apa yang terjadi? Ternyata si ibu memaksa untuk melihat jenazah anaknya untuk yang terakhir kalinya, sehingga membuat para hadirin menjadi bingung. Mereka berusaha menyabarkan si ibu, namun ibu itu terus memaksa dengan terus merobeki bajunya. Akhirnya permintaannya pun dengan berat diterima, kuburan itu di gali lagi.
Dan ketika penggalian sampai pada kayu penutup mayat, mereka tercengang, karena ternyata kayu-kayu itu sudah hancur. Lebih mencengangkan lagi, kain kafannya juga sudah hancur berserakan, mayatnya hangus terbakar, rambutnya kaku bagai sapu ijuk, kedua bola matanya berada dipipinya dalam keadaan kuncup bagaikan buah kering yang terbakar. Lidahnya terjulur keluar dari mulut, mata dan telinganya mengalirkan asap yang berbau daging hangus.
Semua yang menyaksikan pemandangan itu terlonjak mundur. Ibu dan wanita shalihah itu sudah sedari tadi jatuh pingsan. Para penggali kubur yang sebelumnya melompat keluar dari liang itu segera menimbun kembali dengan cepat dan lari meninggalkan pusara.
Wanita shalihah itu semakin giat beribadah, sedang si ibu menjadi penghuni rumah sakit jiwa. Dan kubur itu menjadi kuburan terakhir yang dimakamkan di pemakaman itu, karena tak ada lagi orang yang mau menguburkan keluarganya di makam itu. Na’udzu billah.
“Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir.” (QS Al Hasyr-21).
Sepasang wanita muda sedang bersantai di sebuah bar hotel, dengan pemandangan “Laut Mati” (Dead Sea), sekitar 40 km dari kota Amman. Mereka menikmati “tequilla”, salah satu minuman keras yang paling umum disana ~ sebelum kemudian mereka beranjak pulang.
Ketika dalam perjalanan pulang, keduanya menyaksikan seorang wanita yang tergeletak di tengah jalan, keadaannya sangat mengerikan. Wanita itu sangat dikenal oleh keduanya, seorang PSK yang selalu mabuk dari hasil kerjaannya. Ia tewas ketika menyeberang dalam keadaan mabuk. Tubuhnya yang kurus dengan perut yang buncit itu dihantam sebuah truk hingga terlempar. Tulang kepalanya remuk. Paha kanannya terpisah dari tubuhnya. Perutnya robek serta terlihat kepala bayi kecil tersembul dari perut ibunya yang bermandikan darah dan arak. Pemandangan menyeramkan itu membuat kedua wanita itu jatuh pingsan.
Keesokan harinya kedua wanita itu bertemu di sebuah mall di kota Amman. Akan tetapi yang satu sudah jauh berubah, ia telah mengenakan jilbab. Wajahnya memancarkan cahaya taubat, kelopak matanya membengkak karena banyak menangis. Sehingga wanita kedua tampak kaget, “Hei, apa aku tak salah lihat?” serunya dengan keheranan.
Wanita pertama berkata lirih, “Aku takut dan malu pada-Nya, aku jijik terhadap diriku, aku rindu pada keindahan, pada kesucian dan kemuliaan, hanya Tuhanku yang mau memaafkanku, hanya Dia yang dapat memuliakan dan menyucikanku…” Belum selesai ia berbicara wanita kedua sudah berlalu dari hadapannya.
Tiga bulan berlalu. Kedua wanita itu tak pernah berhubungan lagi. Wanita pertama sedang asyik melewatkan sore harinya bersama Al-Qur’an, yang dulu sore harinya ia habiskan bersama tequilla. Tiba tiba ponselnya berbunyi. Dengan sangat berat ia berhenti dan menjawab telepon, dan ternyata si penelepon adalah temannya yang sudah tiga bulan tak pernah mau berhubungan dengannya.
Temannya berkata, “Bagaimana sih caranya bertaubat?” Dengan gembira wanita shalihah itu menjelaskannya. Tetapi temannya terdiam dan berkata dengan berat, “Sholat?, pake jilbab?, aduh malas ah, aku berat melakukannya.” Wanita shalihah itu terus memberi pengertian. Namun temannya memang kepala batu, seraya berkata, “ngga’ deh, aku belum mau jadi biarawati!”, ia memutus hubungan teleponnya.
Tiga hari kemudian, wanita shalihah itu mendapat kabar bahwa temannya telah menemui ajalnya. Ia bergegas untuk melayat ke rumah temannya. Ia tiba di rumah temannya bersamaan dengan ibu dari temannya tersebut. Namun ternyata mereka datang terlambat, penguburan sudah usai! Selanjutnya apa yang terjadi? Ternyata si ibu memaksa untuk melihat jenazah anaknya untuk yang terakhir kalinya, sehingga membuat para hadirin menjadi bingung. Mereka berusaha menyabarkan si ibu, namun ibu itu terus memaksa dengan terus merobeki bajunya. Akhirnya permintaannya pun dengan berat diterima, kuburan itu di gali lagi.
Dan ketika penggalian sampai pada kayu penutup mayat, mereka tercengang, karena ternyata kayu-kayu itu sudah hancur. Lebih mencengangkan lagi, kain kafannya juga sudah hancur berserakan, mayatnya hangus terbakar, rambutnya kaku bagai sapu ijuk, kedua bola matanya berada dipipinya dalam keadaan kuncup bagaikan buah kering yang terbakar. Lidahnya terjulur keluar dari mulut, mata dan telinganya mengalirkan asap yang berbau daging hangus.
Semua yang menyaksikan pemandangan itu terlonjak mundur. Ibu dan wanita shalihah itu sudah sedari tadi jatuh pingsan. Para penggali kubur yang sebelumnya melompat keluar dari liang itu segera menimbun kembali dengan cepat dan lari meninggalkan pusara.
Wanita shalihah itu semakin giat beribadah, sedang si ibu menjadi penghuni rumah sakit jiwa. Dan kubur itu menjadi kuburan terakhir yang dimakamkan di pemakaman itu, karena tak ada lagi orang yang mau menguburkan keluarganya di makam itu. Na’udzu billah.
“Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir.” (QS Al Hasyr-21).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.