SEPULUH tahun setelah jatuhnya Taliban, yang melarang teknologi modern sebagai sesuatu yang tidak islami, penggunaan media sosial di Afghanistan memasuki periode booming. Politisi, panglima perang, dan bahkan pejuang militan pun ramai-ramai menggunakan media sosial ini.
Pejuang Taliban sendiri misalnya. Memerintah Afghanistan dari 1996-2001 dan melarang penggunaan internet, sebagian dari mereka sekarang secara teratur menggunakan Twitter untuk mempromosikan ide-ide mereka dan “mengobral” serangan terhadap pasukan NATO.
Apa yang menyebabkan mereka, para pejuang ini, menggunakan internet? Gelombang reformasi Timur Tengah dalam dua tahun belakangan ini tampaknya mulai membuat mereka berpikir lan. Tak diragukan lagi, perubahan di Timur Tengah dibangkitkan melalui media sosial.
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan mereka masih melarang internet atau setiap outlet media lainnya jika digunakan untuk tujuan yang tidak islamis. Untuk periode sekarang, mereka menggunakannya sebagai alat ‘public relations’.
Mereka telah menyiapkan sebuah website resmi yang menampilkan video propaganda yang menggambarkan kampanye mereka melawan pasukan pimpinan NATO di Afghanistan, termasuk adegan serangan dan pemboman.
“Kepemimpinan Imarah Islam Afghanistan menganggap media sosial, di Facebook khususnya, sebagai suatu cara yang berguna untuk berkomunikasi dan menyampaikan pesan dari Emirat Islam Afghanistan serta orang asing,” kata Mujahid kepada AFP.
“Kami tahu bahwa Twitter sangat populer di kalangan orang Barat dan kami menggunakannya untuk menyampaikan pesan dan filsafat kami ke khalayak yang berbeda, termasuk Barat,” katanya.
Sekitar dua juta orang, kurang dari 10 persen dari populasi Afghanistan, memiliki akses komputer untuk internet, dan angka itu meningkat dan lebih banyak memiliki akses melalui smartphone.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.