Menggeliatnya aktivitas rohis (Rohani Islam) di dunia kampus dan tentunya dengan se-gudang dan se-abrek manuver-manuvernya dalam perebutan kelembagaan, yang mereka (anak rohis) bilang “jihad” wilayah siyasi, ternyata sangat MERESAHKAN banyak kalangan, termasuk kita tentunya. Rohis benar-benar menjadi “momok” yang sangat menakutkan. Sungguh, betapa anehnya komunitas mereka! Coba kita lihat dari sudut pandang keseharian mereka. Coba kita lihat, mereka seperti mempunyai dunia lain selain dunia ini, dunia yang kita tempati bersama. Coba kita lihat, pergaulan mereka tidak seperti orang-orang kebanyakan, tertutup dan sangat terbatas. Coba kita lihat, pergaulan mereka tidak seperti kebanyakan orang, lebih banyak dimesjid. Coba kita lihat, penampilan mereka tidak seperti kebanyakan orang, tidak up to date. Coba kita lihat, kader-kader mereka tidak seperti kebanyakan orang, Pacaran setelah menikah. Coba kita lihat, Aktivitas mereka benar-benar tidak seperti kebanyakan orang, lebih mementingkan organisasi. Coba kita lihat, mereka itu kumpulan orang-orang aneh dan terkesan menyeramkan dengan teriakan takbirnya. Lalu untuk apa rohis itu ada?
Bubarkan saja ROHIS, bila kita menganggap kehidupan dunia ini abadi dan kekal. Menurut mereka dunia ini hanya tempat persinggahan dalam perjalanan panjang kehidupan. Hanya salah satu terminal pemberhentian dari sekian banyak terminal untuk menuju akhir dari sebuah perjalanan. Dunia hanya tempat latihan buat seorang hamba apakah ia kelak sukses di akhirat atau tidak. Salahkah bila mereka lebih memperjuangkan kehidupan akhirat-Nya yang abadi dibandingkan dunia yang melalaikan ini? Bukan mereka tidak mementingkan kehidupan dunia. Bukan. Tetapi mereka hanya ingin memposisikan sesuatu pada tempatnya. Mereka juga ingin sukses dunia dan akhirat.
Bubarkan saja ROHIS, bila kita menganggap semua orang didunia ini salah dan kita yang benar. Mereka bukannya tertutup atau pergaulannya terbatas. Mungkin saja kita yang tertutup atau “minder” bila bergaul dengan mereka. Mungkin juga aktivitas dan kesibukan mereka yang berbeda dengan kita, membuat mereka se-olah tertutup. Padahal sejatinya mereka sangat terbuka. Betapa manisnya senyum mereka bila ber-pas-pasan dengan kita, walau terkadang sedikit dipaksa karena bisa jadi uang mereka lagi bokek saking seringnya ber-infaq (iuran faqsa ^^). Coba kita ingat-ingat, betapa seringnya mereka mencoba sekedar menyapa dan mengajukan pertolongan walaupun kita tidak membutuhkannya. Ah, banyak lagi bila kita bersedia mengurainya. Bisa jadi kitalah yang tertutup atau bahkan menutup diri dari mereka, takut terjebak oleh mereka dalam kubangan kebaikan yang ditawarkan.
Bubarkan saja ROHIS, bila kita sebagai hamba tidak betah dirumah-Nya. Coba bandingkan, kita lebih suka dan nyaman dikos atau bahkan ditempat-tempat rental Play Station (PS), Kantin, Warnet, dll. Mereka memang beda. Mereka lebih sering terlihat dimesjid. Mereka dimesjid karena mereka ingin terus menjaga sholatnya, sholat berjamaah. Tidak hanya itu, mereka juga ingin menyempatkan tilawah al-qur’an dan sholat tepat waktu. Bukannya mereka tidak belajar. Bukan. Tetapi bagi mereka lebih nyaman dan tentram belajar dimesjid. Karena bagi mereka mesjid bukan hanya tempat sholat. Memang tidak segala hal bisa dilakukan dimesjid, tetapi berawal dari mesjid segala hal bisa dilakukan.
Bubarkan saja ROHIS, bila kita menganggap berbusana yang syar’i itu menjadi sebuah hal yang tabu. Jilbab yang dipakai wanita mereka, yang selebar taplak meja itu memang aneh tapi itu perintah Allah didalam qur’an-Nya. Apakah sebuah keanehan bila seorang hamba yang tunduk pada Tuhan-Nya? Celana kain yang dipakai pria mereka, yang goyang dan dibawah lutut itu memang tidak trendy dan gaul. Tidak seperti celana-celana pendek diatas lutut yang lagi nge-trend yang kini kita pakai. Mereka hanya ingin menutup aurat mereka dengan sempurna. Celana-celana yang mereka gunakan harus siap untuk digunakan beribadah kapan dan dimana saja. Mereka tidak ingin seperti kita yang bila adzan tiba kemudian mencari beribu alasan untuk tidak memenuhinya karena kita memakai celana pendek. Sekali lagi, salahkah bila ada seorang hamba yang tunduk pada Tuhan-Nya?
Bubarkan saja ROHIS, bila kita menganggap bahwa gak punya pacar itu sebuah hal yang mampu membuat hidup dirundung galau disetiap waktu. Mereka sadar betul bahwa haram hukumnya bersentuhan dan bermesraan dengan lawan jenis yang bukan muhrim. Para pria dan wanita mereka memang jomblo, tetapi perlu diingat, mereka itu high quality jomblo, bukan makhluk yang diobral murah buat yang tidak halal seperti yang kita lakukan selama ini. Bahkan bila boleh jujur, mungkin kita yang pria memimpikan dapat menjadikan wanita mereka menjadi bidadari hidup kita, karena wanita mereka terlihat begitu anggun dan sangat menjaga diri, ah..bahasa mereka, harus menjaga hijab. Mereka juga sadar bahwa citra yang melekat ditubuh mereka adalah “rohani islam”, membawa nama islam, oleh sebab itu mereka ingin benar-benar menjalankan ajaran islam dengan baik. Bukan memilih mana yang enak dan mana yang enggak. Kita harus akui, walau terkadang itu berat, bahwa mereka bukan seperti kita, mereka lebih baik dari kita.
Bubarkan saja ROHIS, bila benar mereka lebih mementingkan organisasi daripada kuliahnya. Mereka hanya ingin menyeimbangkan kehidupan kuliah dan organisasinya. Bagi mereka berorganisasi itu bukan sekedar ajang pembelajaran, tetapi sebuah sarana beribadah, mengajak orang kepada kebaikan. Nilai akademis mereka juga tidak kalah dengan kita yang hanya kuliah saja. Indeks prestasi mereka diatas rata-rata, bahkan mereka sering menjadi seorang asisten labor. Padatnya aktivitas yang mereka geluti itu, agar mereka mampu mengoptimalkan waktu dengan sesuatu yang bermanfaat, agar tiada waktu yang terbuang percuma.
Bubarkan saja ROHIS, bila teriakan takbir mereka itu menurut kita sebuah hal yang berdosa. Mereka ber-takbir, walau terkadang kesesama kita yang muslim bukan karena menganggap kita kafir. Bukan. Tetapi mereka ingin menyemangati hati dan jiwanya, bila berhadapan dengan kita yang terkadang sulit menerima kehadiran mereka. Mereka seperti itu karena mereka ingin selalu mengeluarkan kata-kata baik dan tidak kotor, seperti kata-kata kita selama ini bila tidak suka kepada sesuatu. Mereka sadar dan ingin menjadikan islam itu hidup dalam kesehariannya. Tidak seperti kita yang juga membawa embel-embel islam tetapi kelakuan dan perbuatan kita tidak kalah dengan orang-orang diluar islam. Bahkan kita mahasiswa yang membawa embel-embel islam ini sangat sering bertingkah laku lebih bejat dari seorang preman jalanan. Preman jalanan itu lebih punya hati dibandingkan kita. Yah, seorang preman jalanan itu bila berbuat kejahatan atau memukul orang, ia mengakui kesalahannya, walau tidak menyerahkan diri, minimal dengan melarikan diri, sebuah wujud dari masih pekanya perasaan bahwa ia bersalah . Berbeda dengan kita yang suka buat onar dan suka memukul orang, lantas setelah itu kita malah menuduh mereka-lah yang melakukannya, dan tentu saja kitalah yang menjadi korban. Maka, kita harus akui bahwa preman jalanan sekalipun lebih terhormat dari pada kita.
Lalu untuk apa ROHIS itu ada? Jawabannya karena kita butuh mereka. Karena hadirnya mereka menjadi pembeda antara kita dan mereka. Karena hadirnya mereka, untuk sebuah harapan. InsyaAllah, harapan itu masih ada. Bila mereka tidak seperti itu lagi, bubarkan saja rohis. Kalau nilai-nilai itu tidak melekat lagi dengan mereka, maka bubarkan saja rohis!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.