Dalam kitab Sunan Ibnu Majah menuturkan Hadis riwayat Abu Said al-Khudri. Ia menuturkan bahwa Nabi SAW bersabda:
“Jika kalian menjenguk orang sakit, maka hiburlah di dalam menghadapi suratan takdir. Hal yang demikan itu memang tidak mengembalikan keadaan, akan tetapi akan memperbaiki kondisi kejiwaan insan yang sakit.”
Hadis tersebut mengandung pembelajaran etika yang sangat luhur, serta metode pengobatan yang agung.
Rasulullah SAW mengajarkan cara penyembuhan penyakit melalui sentuhan psikologis, yaitu membimbing kondisi psikis si sakit kepada hamparan keceriaan, optimisme, dan keyakinan akan ketentuan takdir-Nya. Hal seperti itu dapat memperbaiki jiwa si sakit, misalnya dengan membangun
komunikasi dengan ucapan-ucapan santun, lelucon segar yang berbungkus nasehat konstruktif, yang dapat membuncakan semangat dan optimisme dalam diri si sakti, mendigdayakan mentalnya, membangkitkan staminanya, atau bahkan merangsang tubuh secara wajar dan alami, sehingga si sakit merasa lepas dan teringankan beban sakitnya.
Itulah target pencapaian yang selalu menjadi tujuan bagi paramedis saat menangani pasiennya. Menghibur jiwa orang yang sakit, memperbaiki mental, dan menyentuh jiwanya adalah terapi yang manjur untuk proses penyembuhan penyakit. Hal tersebut dapat dengan cara membicarakan hal-hal yang dapat menimbulkan rasa senang,, bahagia, dan nyaman dalam diri si sakit. Terapi pengobatan dengan dengan sentuhan psikologis ini berpengaruh sangat dahsyat bagi usaha penyembuhan penyakit, setidaknya dapat meringankan sakit itu sendiri, dimana ruh dan energi tubuh semakain kuat oleh karena adanya hiburan tersebut. Dengan begitu, secara alami tabuh akan dapat mengusir unsur-unsur berbahaya pada dirinya sendiri.
Dalam kehidupan ini, jamak kita dapati orang yang jatuh sakit, kondisi sakitnya berangsur membaik usai dijenguk oleh orang-orang yang dicintainya, atau orang-orang yang dimuliakannya. Dengan mengobrol, bercengkrama, bercurah hati, atau bercanda dengan orang tercinta dan terkasih. Maka tiba-tiba kondisi kesehatannya berangsur-angsur pulih. Itulah salah satu hikmah di balik perintah menjenguk orang sakit yang diserukan oleh Nabi SAW, bahwa kunjungan tersebut merupakan obat yang ampuh bagi si sakit, serta jalan yang lapang menuju kesembuhannya. Hal tersebut merupakan sebuah terapi yang mungkin tak terpikirkan di benak paramedis yang “menuhankan” logika dan “gila” analisa serta diagnosa.
“Jika kalian menjenguk orang sakit, maka hiburlah di dalam menghadapi suratan takdir. Hal yang demikan itu memang tidak mengembalikan keadaan, akan tetapi akan memperbaiki kondisi kejiwaan insan yang sakit.”
Hadis tersebut mengandung pembelajaran etika yang sangat luhur, serta metode pengobatan yang agung.
Rasulullah SAW mengajarkan cara penyembuhan penyakit melalui sentuhan psikologis, yaitu membimbing kondisi psikis si sakit kepada hamparan keceriaan, optimisme, dan keyakinan akan ketentuan takdir-Nya. Hal seperti itu dapat memperbaiki jiwa si sakit, misalnya dengan membangun
komunikasi dengan ucapan-ucapan santun, lelucon segar yang berbungkus nasehat konstruktif, yang dapat membuncakan semangat dan optimisme dalam diri si sakti, mendigdayakan mentalnya, membangkitkan staminanya, atau bahkan merangsang tubuh secara wajar dan alami, sehingga si sakit merasa lepas dan teringankan beban sakitnya.
Itulah target pencapaian yang selalu menjadi tujuan bagi paramedis saat menangani pasiennya. Menghibur jiwa orang yang sakit, memperbaiki mental, dan menyentuh jiwanya adalah terapi yang manjur untuk proses penyembuhan penyakit. Hal tersebut dapat dengan cara membicarakan hal-hal yang dapat menimbulkan rasa senang,, bahagia, dan nyaman dalam diri si sakit. Terapi pengobatan dengan dengan sentuhan psikologis ini berpengaruh sangat dahsyat bagi usaha penyembuhan penyakit, setidaknya dapat meringankan sakit itu sendiri, dimana ruh dan energi tubuh semakain kuat oleh karena adanya hiburan tersebut. Dengan begitu, secara alami tabuh akan dapat mengusir unsur-unsur berbahaya pada dirinya sendiri.
Dalam kehidupan ini, jamak kita dapati orang yang jatuh sakit, kondisi sakitnya berangsur membaik usai dijenguk oleh orang-orang yang dicintainya, atau orang-orang yang dimuliakannya. Dengan mengobrol, bercengkrama, bercurah hati, atau bercanda dengan orang tercinta dan terkasih. Maka tiba-tiba kondisi kesehatannya berangsur-angsur pulih. Itulah salah satu hikmah di balik perintah menjenguk orang sakit yang diserukan oleh Nabi SAW, bahwa kunjungan tersebut merupakan obat yang ampuh bagi si sakit, serta jalan yang lapang menuju kesembuhannya. Hal tersebut merupakan sebuah terapi yang mungkin tak terpikirkan di benak paramedis yang “menuhankan” logika dan “gila” analisa serta diagnosa.
Selain itu, menjenguk orang sakit bisa melahirkan empat daya guna, yaitu;
1. Keuntungan bagi insan yang sakit.
2. Keuntungan bagi orang yang menjenguk.
3. Keuntungan bagi keluarga orang yang sakit.
4. Keuntungan bagi masyarakat umum.
Dalam uraian terdahulu telah dijelaskan bahwa manakala Rasulullah SAW menjenguk orang yang sedang sakit, Penghulu Nabi-Nya ini menanyakan keluhan-keluhan yang diderita si sakit serta kondisi tubuhnya terkini. Rasulullah SAW juga menanyakan “menu” makanan apa yang diinginkan si sakit, kemudian memerintahkan untuk memenuhi keinginan si sakit.
Rasulullah SAW juga meletakkan tangan sucinya di atas kening si sakit, kadang meletakkan tangannya di dada orang sakit yang dijenguknya. Penghulu Nabi-Nya ini juga medoakan si sakit, memberitahukan “resep” obat terbaik, dan terapi penyembuhan yang tepat untuk kesembuhan si sakit. Kadang pada waktu menjenguk orang sakit, Rasulullah SAW mengambil air wudhu, lalu memercikkan air wudhunya ke tubuh si sakit. Kadang Beliau berkata, “Tidak apa-apa (tidak berbahaya), mudah-mudahan (sakit ini) menjadi pelebur dosa, insya Allah.” Semua hal tersebut itu dilakukan oleh Rasulullah SAW untuk menyentuh jiwa dan menunjukkan betapa besar bentuk perhatian dan kelembutan sikapnya terhadap insan yang sakit. Sentuhan psikologis yang berupa perhatian terhadap insan yang sakti. Sentuhan psikologis yang berupa perhatian yang utuh, ujaran yang menyentuh hati, dan membuncahkan kegembiraan adalah teladan yang diberikan Sang Rasulullah SAW dalam mengobati penyakit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.