Meski serba terbatas, taktik mujahidin Suriah dalam menghadapi kebrutalan rezim Syiah Assad ternyata diacungi jempol. Kepala badan intelijen Jerman, Gerhard Schindler bahkan menyebut bahwa pasukan Assad dihadapkan pada dilema, hingga berimbas pada dekatnya kejatuhan Assad.
"Erosi militer terus berlangsung," ungkap Schindler kemarin (12/8/2012).
Schindler juga menjelaskan, pemerintah Suriah pimpinan Presiden Bashar Al-Assad tampaknya berada di tahap akhir kekuasaan karena tentaranya telah habis oleh korban tewas, desertir dan pembelotan.
Hal itu merujuk pada data Schindler bahwa Assad telah kehilangan 50.000 pasukan dari 320.000 pasukan yang mendukungnya diawal konflik.
"Kerugian-kerugian militer itu termasuk mereka yang terluka, desertir dan sekitar 2.000 sampai 3.000 yang telah membelot ke oposisi militer bersenjata," kata Schindler.
Sebenarnya Assad masih memiliki kekuatan dan mampu memberi pukulan mematikan. Namun, senjata berat Assad seolah melempem. Saat serangan pasukan Assad, justru mujahidin mendapat momentum dan semakin kuat.
"Ada banyak indikasi bahwa akhir permainan untuk rezim telah dimulai," tukas Schindler. Unit kecil multi fungsi mujahidin yang mampu bergerak cepat, menguras kekuatan militer Suriah. "Karena ukurannya yang kecil, mereka bukan target yang baik untuk tentara Assad," beber Schindler.
Unit kecil yang fleksibel, cepat, mematikan dan sulit dideteksi
Meski bersenjata ringan, unit kecil mujahidin yang bergerilya, mampu mengimbangi pasukan Assad dengan kemampuan bermanuver, sangat fleksibel, menyerang cepat lalu menghilang, dan rajin menyergap pasukan Assad.
”Para tentara reguler sedang dihadapkan oleh berbagai pejuang fleksibel. Resep keberhasilan mereka adalah taktik gerilya. Mereka sedang menghancurkan tulang punggung tentara regular Assad." Pungkas Schindler.
"Erosi militer terus berlangsung," ungkap Schindler kemarin (12/8/2012).
Schindler juga menjelaskan, pemerintah Suriah pimpinan Presiden Bashar Al-Assad tampaknya berada di tahap akhir kekuasaan karena tentaranya telah habis oleh korban tewas, desertir dan pembelotan.
Hal itu merujuk pada data Schindler bahwa Assad telah kehilangan 50.000 pasukan dari 320.000 pasukan yang mendukungnya diawal konflik.
"Kerugian-kerugian militer itu termasuk mereka yang terluka, desertir dan sekitar 2.000 sampai 3.000 yang telah membelot ke oposisi militer bersenjata," kata Schindler.
Sebenarnya Assad masih memiliki kekuatan dan mampu memberi pukulan mematikan. Namun, senjata berat Assad seolah melempem. Saat serangan pasukan Assad, justru mujahidin mendapat momentum dan semakin kuat.
"Ada banyak indikasi bahwa akhir permainan untuk rezim telah dimulai," tukas Schindler. Unit kecil multi fungsi mujahidin yang mampu bergerak cepat, menguras kekuatan militer Suriah. "Karena ukurannya yang kecil, mereka bukan target yang baik untuk tentara Assad," beber Schindler.
Unit kecil yang fleksibel, cepat, mematikan dan sulit dideteksi
Meski bersenjata ringan, unit kecil mujahidin yang bergerilya, mampu mengimbangi pasukan Assad dengan kemampuan bermanuver, sangat fleksibel, menyerang cepat lalu menghilang, dan rajin menyergap pasukan Assad.
”Para tentara reguler sedang dihadapkan oleh berbagai pejuang fleksibel. Resep keberhasilan mereka adalah taktik gerilya. Mereka sedang menghancurkan tulang punggung tentara regular Assad." Pungkas Schindler.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.