Pensiunan Jenderal Israel dan peneliti di bidang keamanan di lembaga kajian keamanan regional universitas Tel Aviv, Dr. Shalomo Brom mengatakan, naiknya gerakan Ikhwanul Muslimin ke tampuk pemerintahan di Suriah tambah menyulitkan Israel. Berbeda kasusnya IM dengan Iran atau Hizbullah secara ideologi yang akan membebaksan Suriah dari cengkraman Iran secara ideologi,ungkapnya.
Dalam kaitan ini, gerakan Hamas di Mesir tak mungkin membatalkan kesepakatan damai antara Kairo dan Tel Aviv. Tetapi kemungkin perjanjian damai tersebut akan mengalami stagnan, ungkapnya.
Dalam sebuah kajian yang dilakukan lembaganya dan dilansir situs elektonik dengan judul, “Mesir setelah Mursi Menang ada tiga kemungkinan yang terjadi:
1. Kemungkinan pertama, Mesir menjadi negara musuh, dimana ia akan menganulir semua perjanjian damainya dengan Israel
2. Kemungkinan kedua, Sinai akan menjadi lahan untuk menyerang Israel dari entitas non pemerintah atau organisasi Palestina
3. Kemungkinan terakhir, pemerintah Mesir akan mendukung gerakan Hamas di Gaza, mengorbankan Otoritas Palestina. Kondisi ini akan membuka peluang untuk melakukan perdamaian dengan Palestina.
Tapi sangat jelas bahwa pemerintahan yang baru yang dipimpin Muhammad Mursi tidak akan berjalan sempurna berdampingan dengan Israel dan tidak akan pernah terjadi dialog inten selamanya.
Sementara itu, hubungan antara Mesir di tangan Mursi dengan gerakan Hamas akan berkembang lebih dari sebelumnya. Selama tidak mengganggu kepentingan Mesir. Pada tahap ini, Mesir akan mendorong proses politik antara Israel dan Palestina, termasuk menekan Hamas.
Oleh karena peneliti Brom menegaskan tentang pentingnya meninjau ulang hubungan Israel dan Hamas selama ini. Mengingat perubahan yang terjadi di Mesir. Misal membuka pintu dialog dengan gerakan Hamas dan mengizinkanya untuk berkiprah di ranah politik, ungkapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.