Sabtu, 23 Maret 2013

KEAGUNGAN DAN KEINDAHAN 'ISTANA' SANG PENGUASA ...



Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... “Dimanakan istana raja negeri ini?” tanya seorang Yahudi dari Mesir yang baru saja tiba di pusat pemerintahan Islam, Madinah. “Lepas Dzuhur nanti beliau akan berada di tempat istirahatnya di depan masjid, dekat batang kurma itu,” jawab lelaki yang ditanya.

Dalam benak si Yahudi Mesir itu terbayang keindahan istana khalifah.

Apalagi umat Islam sedang di puncak jayanya. Tentu bangunan kerajaannya pastilah sebuah bangunan yang megah dengan dihiasi kebun kurma yang rindang tempat berteduh khalifah.Namun, lelaki itu tidak mendapati dalam kenyataan bangunan yang ada dalam benaknya itu.

Dia jadi bingung dibuatnya. Sebab di tempat yang ditunjuk oleh lelaki yang ditanya tadi tidak ada bangunan megah yang mirip istana. Memang ada pohon kurma tetapi cuman sebatang.

Di bawah pohon kurma, tampak seorang lelaki bertubuh tinggi besar memakai jubah kusam.

Lelaki berjubah kusam itu tampak tidur-tiduran ayam atau mungkin juga sedang berdzikir. Yahudi itu tidak punya pilihan selain mendekati lelaki yang bersender di bawah batang kurma, “Maaf, saya ingin bertemu dengan Umar bin Khattab,” tanyanya.

Lelaki yang ditanya bangkit, “Akulah Umar bin Khattab.” Yahudi itu terbengong-bengong, “Maksud saya Umar yang khalifah, pemimpin negeri ini,” katanya menegaskan. “Ya, akulah khalifah pemimpin negeri ini,” kata Umar bin Khattab tak kalah tegas.

Mulut Yahudi itu terkunci, takjub bukan buatan. Jelas semua itu jauh dari bayangannya.

Jauh sekali kalau dibandingkan dengan para rahib Yahudi yang hidupnya serba wah.

Itu baru kelas rahib, tentu akan lebih jauh lagi kalau dibandingkan dengan gaya hidup rajanya yang sudah jamak hidup dengan istana serba gemerlap.

Sungguh sama sekali tidak terlintas di benaknya, ada seorang pemimpin yang kaumnya tengah berjaya, tempat istirahatnya cuma dengan menggelar selembar tikar di bawah pohon kurma beratapkan langit lagi. “Di manakah istana tuan?” tanya si Yahudi di antara rasa penasarannya.

Khalifah Umar bin Khattab menuding, “Kalau yang kau maksud kediamanku maka dia ada di sudut jalan itu, bangunan nomor tiga dari yang terakhir.” “Itu? Bangunan yang kecil dan kusam?” “Ya! Namun itu bukan istanaku. Sebab istanaku berada di dalam hati yang tentram dengan ibadah kepada Allah.”

Yahudi itu tertunduk. Hatinya yang semula panas oleh kemarahan karena ditimbuni berbagai rasa tidak puas hingga kemarahannya memuncak, cair sudah. “Tuan, saksikanlah, sejak hari ini saya yakini kebenaran agama Tuan. Ijinkan saya menjadi pemeluk Islam sampai mati.” Mata si Yahudi itu terasa hangat lalu membentuk kolam. Akhirnya satu-persatu tetes air matanya jatuh.

... Itulah Istana Keagungan dan keindahan Iman seorang penguasa ... Semoga Kelak di masa depan, .. Negeri ini, bangsa ini mendapat anugerah seorang pemimpin dan penguasa se agung Beliau, .. insya Alllah Pasti maju dan makmur dunia - akherat bangsa ini ....

... Ya Allah berikanlah anugerah kesempatan bagi bangsa ini, bangsa yg sedang ditenggelam di kejahiliyahnya sendiri ini, .. untuk dipimpin oleh presiden dan bawahannya yang berakhlak seagung, seindah dan semulia beliau, .. Seorang Presiden, pemimpin bangsa, yang mampu dan dapat membawa kami semua keluar dari kegelapan untuk menuju dan tenggelam kedalam cahaya keridhaan-Mu, Cahaya Keberkahan-Mu Ya Allah, .. .

... Ya Allah, Ya Rabb ... Anugerahkan kami Seorang Penguasa yang dapat menghantar rakyat Indonesia, bangsa ini, kami semua .. untuk memilki Akhlak Mulia lahir bathin, jiwa dan raga .. Akhlak karimah yang akan membuat Baginda Nabi Saw, Utusan Keagungan-Mu, .. tersenyum manis nan lembut tuk bangsa Indonesia tercinta,khususnya umat Islam 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.