Selasa, 25 Juni 2013

Bintang untuk Menyerang Syetan


Malam bertabur bintang. Memiliki sejuta keindahan. Setiap orang menterjemahkan suasana malam itu dengan penafsiran hatinya masing-masing. Sesuai dengan suasana hatinya malam itu. Tetapi apapun penafsiran hati kita, bintang di langit disaat langit cerah, membuat malam semakin terasa syahdu dan indah. Tak terhitung jumlah bintang yang bisa kita saksikan dengan mata telanjang.

Bintang yang hanya Nampak berkedap-kedip nun jauh di angkasa sana, ternyata sangat besar ukurannya. Bahkan di antara bintang yang kecil itu ada yang ukurannya lebih besar dari matahari kita.
Tentu, dari sekian banyak bintang yang ada, masih sangat banyak yang belum di ketahui. Bintang-bintang itu masih menyimpan berjuta maisteri yang belum diketahui dan dipecahkan manusia. Masih sangat sedikit yang bisa lakukan dan kita ketahui dari bintang-bintang itu. Kita baru bisa melihatnya dari jauh. Pembicaraan dan pengiriman manusia ke planet Mars atau bulan masih belum bisa mengungkap secara lengkap. Masih menyisakan banyak pertanyaan.

Tidak ada ciptaan Allah yang sia-sia. Bintang-bintang yang bertaburan itu mempunyai beberapa fungsi. Bintang sebagai petunjuk bagi manusia. Bintang sebagai hiasan angkasa dan bintang sebagai pelempar syetan.

Bintang sebagai petunjuk bagi manusia, maksudnya adalah dengan bintang itulah Allah ingin memberikan petunjuk arah angin dan musim. Nelayan adalah salah satu prosfesi yang sangat dekat dengan masalah ini. Ketika dia diombang-ambingkan oleh ombak di malam hari, ketika daratan sudah tidak lagi Nampak. Yang ada hanya dia, perahu, hembusan angin air laut dan bintang. Sebelum adanya kompas, bintang menjadi patokan bagi para nelayan untuk menentukan arah. Sehingga dia bisa merapat ke pantai lagi dan tidak tersesat. Karena bintang-bintang itu mempunyai tempat yang bisa dipastikan keberadaanya. Allah berfirman, “Dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (petunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl: 16)

Demikian juga untuk menentukan musim. Dengan bintang bisa diperkirakan bahwa musim tertentu akan datang. Ini semua merupakan kejadian alam yang selalu berputar sesuai dengan alurnya.
Bahkan para dukun pun memanfaatkan keberadaan bintang-bintang itu untuk meramal nasib seseorang. Dari jodoh, rizki hingga kesehatan. Tetapi yang satu ini tidak dibenarkan dalam Islam. dikarenakan tiga urusan tersebut tidak ditentukan oleh bintang tetapi telah ditentukan dalam catatan taqdir setiap orang. Maka, ini berurusan dengan masalah ghoib yang tidak mengkin diketahui oleh siapapun kecuali melalui dalil yang jelas dan terang.

Bintang juga berfungsi sebagai hiasan langit. Bak taburan lampu-lampu mahal dengan warna-warna sinar lampu yang indah. Menduhkan pandangan mata. Menyejukkan hati yang sedang gundah dan menundukkan hati yang sedang meninggi. “Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintan-bintang.” (QS. Al-Mulk: 5)

Nah, diantara bintang-bintang itu ada bintang berpindah. Yang terkadang bisa kita lihat dengan mata kita, bintang melesat seperti dilemparkan.

Ternyata pindahnya bintang dari satu tempat ke yang lain, buka saja merupakan peristiwa alam. Tetapi mengandung sisi keghoiban. Yaitu sesuai dengan firman Allah, “Sesungguhnya Komi telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang, dan telah memeliharanya (sebena-benarnya) dari setiap syetan yang sangat durhaka.” (QS, Ash-Shaffat: 5-7).

Allah memelihara langit dan isi langit – berupa pembicaraan antar malaikat – dengan menggunakan bintang yang dilemparkan kepada pencuri berita langit itu, yaitu para syetan-syetan. Lebih jelas lagi Allah mengatakan dalam surat Al-Mulk: 5, “Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit paling dekat dengan bintang-bintang dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syetan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.”

Syetan-syetan itu berusaha mencuri pembicaraan para malaikat tentang taqdir hari itu. Syetan yang berkolaborasi dengan para dukun berupaya untuk mengetahui sesuatu sebelum terjadi. Dengan cara “menguping” berita langit. Maka kemudian setiap ada syetan yang berusaha mencuri, Allah melempari mereka dengan bintang yang akan membakar mereka. “Barangsiapa (di antara mereka) yang mencuri-curi (pembicaraan) maka ia dikejar oleh suluh api yang cemerlang.” (QS. Ash-Shaffat: 10).
Suluh api itu akan mengejar syetan agar tidak bisa mendapatkan berita langit. Allah melindungi alam semesta ini dari kerusakan yang diperbuat oleh syetan. Karena syetan akan menyesatkan anak cucu Adam dengan berita hasil curiannya itu.

Penjagaan ini baru Allah ciptakan setelah Nabi Muhammad diutus. Sebelumnya langit tidak ada bintang penjaga. Sebagaimana pernyataan jin sendiri yang diabadikan dalam surat Al-Jin: 8-9, “Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) Iangit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api. Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendenga-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya).”

Para ulama tafsir mengatakan bahwa kata sekarang yang dimaksud para jin itu adalah setelah diutusnya Nabi Muhammad. Jadi, inilah sisi ghoib pada sebagian bintang itu. Bukan saja merupakan kejadian alam berpindahnya bintang. Tetapi lebih dari itu, Al-Quran mengkhabarkan kepada kita bahwa bintang itu sedang mengejar syetan yang sedang melakukan pencurian. Untuk membakar dan membantai syetan pencuri.

Dan memang bintang adalah salah satu makhluk Allah yang berada di gengggaman Allah. Allah telah menciptakan bintang-bintang dan difungsikan untuk ketiga hal tersebut. “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Alloh yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci Allah,Tuhan semesta alam.” (QS. Al-A’rof: 54).
Sungguh, Maha Suci Allah sebaik-baik pencipta.

Ghoib Ruqyah Syar’iyyah
Sumber : Majalah Ghoib Edisi 10/1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.