Senin, 06 Agustus 2012

Pengaruh Puasa untuk Ibu Hamil dan Menyusui



Ada sebuah penelitian yang dilakukan di perkampungan Afrika Barat untuk mengetahui pengaruh puasa bulan Ramadhan terhadap kinerja metabolisme di kalangan wanita hamil dan menyusui.

Tim peneliti menemukan bahwa semua ibu menyusui dan 90 % persen ibu hamil di desa tersebut menjalankan ibadah puasa selama satu bulan penuh. Pengukuran kadar glukosa serum, asam lemak bebas,  zat-zat keton, alanin, insulin, glukagon, dan level hormon tiroksin (T3) pun dilakukan.

Sampel-sampel penelitian diambil pada pukul 07.00 dan 19.00 dari 22 ibu hamil, 10 ibu menyusui, serta 10 wanita lain yang tidak hamil dan tidak menyusui, sebagai pembanding. Hasilnya kemudian dikomparasikan dengan pengukuran komponen-komponen ini yang dilakukan pada hari di luar Ramadhan setelah para responden diinstruksikan untuk tida mengonsumsi makanan selama semalaman (layaknya Ramadhan).
Hasil akhirnya adalah sebagai berikut:

1-  Tidak ada perbedaan antara kadar komponen-komponen ini pada ibu menyusui dengan kadar serupa pada kelom­pok pembanding, wanita yang tidak menyusui maupun hamil, meskipun wanita menyusui harus memikul dua beban sekaligus, beban menyusui dan beban puasa yang rentang waktunya kadang bisa mencapai 19 jam (rata-rata lama puasa di kawasan Afrika Utara dan Barat, apalagi di musim panas memang jauh melebihi lama puasa di kawasan tropis, Indonesia misalnya.)

2-   Kadar glukosa pada fase-fase akhir kehamilan adalah 0,3+01 ml/liter. Ini adalah kadar yang terendah dibanding kadar glukosa serupa pada kelompok respon­den yang lain (ibu menyusui dan ibu yang tidak hamil maupun menyusui).

3-  Tingkat asam lemak bebas, zat-zat keton, dan beta hidrok­sida butirat pada wanita hamil selama bulan puasa adalah yang tertinggi. Sedangkan tingkat alaninnya pada masa- masa akhir kehamilan lebih rendah dibanding pada masa- masa pertama kehamilan.

Para peneliti pun berkesimpul­an, bahwa cepatnya proses metabolisme pada masa-masa akhir kehamilan hanya terjadi selama bulan Ramadhan. Sehingga muncullah beberapa efek starvasi. Mereka lantas menunjuk faktor rendahnya pendapat ekonomi yang menimpa penduduk di kawasan Afrika Barat ini sebagai biang keladi kekurangan gula darah (glukosa).

Sumber: Terapi Puasa, Oleh Dr. Abdul Jawwad Ash-Shawi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.