Selasa, 01 Mei 2012

Kabbalah dan Pembunuhan Nabi Bani Israil




Nabi Musa alaihissalam mengarahkan umatnya – Bani Israil – menuju tanah yang dijanjikan. Namun kemudian karena kekafirannya maka Bani Israil terusir dari tanah palestina. Bani Israil pun terusir ke Babilon dan menjadi warga kelas dua (atau bahkan kelas tiga) di sana.

Tidak seluruh Bani Israil sesat waktu itu. Hanya sebagian. Namun dari yang sebagian tersebut ternyata bisa mendatangkan hukuman dari Alloh yang akhirnya menimpa seluruh Bani Israil baik yang taat maupun yang sesat.


Di Babilon, umat Bani Israil yang sesat dan menolak untuk membersihkan kepercayaannya dari keyakinan pagan, mulai tertarik pada praktik sihir. Karena mengetahui bahwa sihir pada dasarnya dilarang dalam oleh Tuhan Bani Israil (Alloh), maka mereka mulai berpaling dari Alloh dan mulai menyembah Lucifer (yang disebut dalam kosakata Islam sebagai Iblis). Untuk menjaga agar mereka tidak dianggap murtad oleh kaum Bani Israil yang masih taat, mereka menyembunyikan keyakinannya sebagai “interpretasi” alternatif atas agama Bani Israil. “Interpretasi” alternatif inilah yang kemudian disebut dengan Kabbalah. Kebutuhan untuk menyembunyikan kemurtadan ini pula lah yang membuat Kabbalah menjadi suatu doktrin yang rahasia.

Menurut David Livingstone dalam Terrorism and the Illuminati, Lucifer (atau Iblis) yang disembah oleh sebagian Bani Israil sesat itu itu direpresentasikan sebagai Baal yang semula dianggap sebagai musuh tradisional kepercayaan Bani Israil.

Eh, ngomong-ngomong tentang Baal ini. Al Qur’an sempat juga menyindir penyembahan Baal ini melalui lisan Nabi Ilyas. Silakan dilihat pada Surat Ashshaffat 123-126: Dan sesungguhnya Ilyas benar-benar termasuk salah seorang rasul-rasul. (Ingatlah) ketika ia berkata kepada kaumnya: "Mengapa kamu tidak bertakwa? Patutkah kamu menyembah Ba’al dan kamu tinggalkan sebaik-baik Pencipta, (yaitu) Allah Tuhanmu dan Tuhan bapak-bapakmu yang terdahulu?"

Kembali ke Babilon. Singkat cerita datanglah Cyrus the Great yang membebaskan Bani Israil. Sejak pembebasan itu Bani Israil banyak kembali ke tanah Palestina dan bahkan menyebar terus ke barat sampai ke Yunani. Di wilayah-wilayah baru yang belum familiar dengan kepercayaan Bani Israil. Orang-orang Bani Israil dikira sebagai orang-orang Magi (yaitu rahib-rahib Majusi). Persangkaan orang-orang yang menganggap Bani Israil sebagai Magi ini membuktikan bahwa sebagian Bani Israil (terutama yang sesat dari kalangan ahli Kabbalah) telah mempelajari sihir (Magic) dari kalangan Magi. Termasuk dari sihir itu adalah astrologi yang mengkaitkan antara kejadian di bumi dengan kejadian di langit yang juga merupakan salah satu keahlian para Magi. Tidak heran kalau Bani Israil kemudian mengambil simbol bintang bersudut enam (heksagram) – yang merupakan simbol para rahib astrologi – sebagai lambang ras mereka.

Ngomong-ngomong tentang hexagram ini. Bahasa Inggris mengenal kosakata to hex yang artinya menyihir atau mengguna-guna. Bahasa Jerman juga mengenal kosakata hexe yang berarti tukang sihir (witch). Sepertinya ada kaitan juga antara to hex, hexe, hexagram, magi, magic, majusi dan kabbalah: semua terkait dengan sihir.

Kabbalah tetap menjadi kepercayaan rahasia saat itu. Walaupun rahasia, kabbalah telah menunjukkan bakatnya untuk menjadi aktor balakang layar bagi kejadian-kejadian besar (dan tragis) yang terjadi dalam sejarah umat manusia.

Kejadian itu antara lain adalah pembunuhan Nabi Yahya alaihissalam dan pembunuhan seseorang yang dianggap Nabi Isa alaihissalam. Kisah akhir hayat Nabi Yahya yang diceritakan di buku ZA Maulani: Zionisme Gerakan Menaklukkan Dunia dan dari sumber-sumber lain kurang lebih yaitu: Herodes penguasa salah satu wilayah Bani Israil jatuh cinta dengan Herodia yang terhitung masih saudaranya. Herodes hendak menikahinya. Yahya yang mengetahui rencana itu menentang karena dianggap melawan hukum taurat. Herodia yang kesal menyuruh anaknya Salome untuk meminta ke Herodes untuk dipenggalkan kepada Nabi Yahya dan diserahkan kepada Salome dalam baki (nampan). Akhirnya Herodes pun memenuhi permintaan itu dan wafatlah Nabi Yahya alaihissalam.

Nabi Yahya ini disebut juga Yohannes atau John atau Saint John dalam bahasa Inggris atau Sint Jan dalam bahasa Belanda. Kepala yang terpenggal dan ditaruh dalam baki ini bisa ditemukan dalam prosesi-prosesi dan aliran yang terpengaruh kabbalah seperti illuminati dan freemasonry. Bahkan freemasonry sendiri membuat hari raya terkait Saint John ini seperti yang tercatat dalam buku Dr Th Stevens: Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat Hindia Belanda dan Indonesia.

Sedangkan untuk Nabi Isa, kejadiannya kurang lebih penguasa Romawi yang berkuasa saat itu merasa gerah dengan dakwah Nabi Isa. Kemudian ditambah lagi dengan hasutan rabbi-rabbi Bani Israil yang sesat saat itu yang juga gerah dengan dakwah Nabi Isa. Maka Nabi Isa pun dikejar untuk ditangkap. Menurut versi yang benar Nabi Isa tidak berhasil ditangkap dan diangkat oleh Alloh ke langit. Sedangkan menurut versi lain Nabi Isa berhasil ditangkap dan dibunuh di tiang salib.

Sejak saat itulah dakwah tauhid yang dipelopori Nabi Isa (dan Nabi Yahya) diberangus. Semua peninggalan (atsar) dirubah seluruhnya sesuai keinginan penguasa saat itu (yaitu Romawi dan klien-kliennya dari kalangan Bani Israil yang sesat). Sejak saat itulah Nasrani mulai menyimpang sedikit demi sedikit. Tidak ada lagi kitab suci yang benar yang ditinggalkan oleh Nabi Isa. Semua hanyalah kitab buatan tangan manusia yang telah disesuaikan dengan kehendak penguasa.

Kabbalah pun bersuka cita atas melemahnya dakwah tauhid tersebut. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.