Kamis, 03 Mei 2012

Dahsyatnya Mukjizat Al Qur'an Melalui Kacamata Linguistik



Ketika banyak sarjana Barat mengklaim Nabi Muhammad adalah pembuat Al Qur'an, sebenarnya mereka tidak menyadari bahwa tudingan tidak ilmiah ini menjadi bumerang bagi mereka sendiri. Secara umum, sikap umat Islam menyikapi tudingan ini dengan marah dan membantah dengan emosi pula. Bagi penulis secara pribadi, tudingan ini diterima secara baik-baik untuk sebagai bahan peluru serangan balik. Dengan kata lain penulis seolah mengatakan kepada mereka: "Ok,bung kami terima tudingan Anda ini. Tapi bukankah Anda tahu bahwa Nabi kami Muhammad SAW adalah seorang manusia yang tidak pernah duduk di bangku sekolah manapun, apalagi kuliah, dan tidak memiliki gelar apapun. Tapi Anda yang seorang sarjana dengan seabrek ilmu pengetahuan yang banyak, mengapa Anda tidak membuat satu surat saja seperti Al Qur'an agar Anda membuktikan bahwa memang Al Qur'an itu dapat dibuat oleh Nabi kami Muhammad dengan 114 surat? Bukankah Anda semestinya lebih hebat dari Nabi kami Muhammad dari sisi ilmu pengetahuan dan titel kesarjanaan? Jika Nabi kami dapat membuat 114 surat, sudah sepantasnya Anda HARUS DAPAT membuat satu surat pendek saja seperti surat Al Kautsar, surat ke-108?" 

Beginilah sikap penulis menghadapi tudingan ngawur dari sarjana Barat tersebut. Mudah saja. Tidak perlu repot-repot untuk berdebat dengan mereka akan hal ini. Mengapa demikian? Jelas kita umat Islam sudah memiliki jaminan hebat dari Allah di surat Al Baqarah ayat 23:وَإِن كُنتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِن مِّثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَآءَكُم مِّن دُونِ اللَّهِ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ
yang artinya: "Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang memang benar."
Sebagai bukti dahsyatnya Mukjizat Al Qur'an, penulis yang pernah belajar linguistik (ilmu yang mempelajari secara khusus tentang bahasa dan kebahasaan)akan menyajikan kepada Anda bahwa Al Qur'an tidak pernah dan tidak akan mungkin dibuat oleh manusia siapapun dia.
Kita telah mengetahui bahwa dalam Al Qur'an semut dan lebah menjadi dua nama surat dan juga dua binatang yang sangat fenomenal dalam ilmu pengetahuan, khususnya bidang biologi.
Dalam istilah sehari-hari, tanpa sadar kita selalu mengatakan dalam kerajaan semut dan lebah ada ratu yang memerintah semua aktifitas mereka. Kita tidak pernah mendengar istilah raja semut atau raja lebah. Yang ada adalah ratu semut dan ratu lebah. Jika istilah ini disodorkan oleh kita di zaman setelah era Charles Darwin maka istilah ini adalah hal biasa. Hal ini disebabkan kita hidup dalam era ilmu biolgi yang sudah sangat maju. Tetapi jika istilah ini ada di zaman abad ke-6, di zaman Rasulullah, maka adalah hal yang luar biasa. Dan perlu kita ingat bersama, Nabi tidak pernah belajar apapun, apalagi penelitian secara khusus tentang semut dan lebah!
Baiklah, mari kita bahas satu persatu dahsyatnya Al Qur'an akan hal ini melalui kacamata linguistik. Untuk pertama kali, marilah kita bahas tentang lebah.
Lebah, seperti yang kita ketahui bersama, merupakan makhluk yang memilki susuanan sosial yang sempurna. Setiap lebah telah memiliki tugas masing-masing dan tidak pernah bertukar pekerjaan. Dan susunan sosial mereka ini dipimpin oleh satu ekor lebah betina yang "tugasnya" hanya bertelur dan bertelur saja. Dan ia menjadi ratu lebah secara aklamasi dalam susunan sosial ini. Hal ini disebabkan sebelum ia bertelur, lebah ini telah 'dibuahi' oleh lebah jantan. Lalu lebah jantan tidak lama setelah "membuahi" betina mati. Dan lebah betina mencari sarang untuk bertelur serta memulai "dinasti" sosialnya. Selanjutnya dalam sarang lebah tersebut hanya jenis betina saja yang boleh menetap dan hidup dalam susunan sosial yang sudah tersusun secara sempurna. Seperti disebutkan dalam Al Qur'an surat An Nahl ayat 68-69:
وَأَوْحَى رَبُّكِ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ {68} ثُمَّ كُلِي مِن كُلِّ الثَّمَرَاتِ فَاسْلُكِي سُبُلَ رَبِّكِ ذُلَلاً يَخْرُجُ مِن بُطُونِهَا شَرَابٌ مُّخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيهِ شِفَآءٌ لِّلنَّاسِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لأَيَةً لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Dari ayat di atas coba Anda perhatikan kata-kata berikut ini:رَبُّكِ, اتَّخِذِي,كُلِي,فَاسْلُكِي, بُطُونِهَا, baik itu di ayat ke-68 maupun ke-69. Jika Anda belajar sedikit tentang bahasa Arab, maka Anda dapatkan bahwa dalam bahasa Arab ada penggunaan bahasa berdasarkan gender, male dan female, atau dalam bahasa Arab istilahnya mudzakar dan mu'annats. Dan cuplikan semua kata di atas tadi adalah untuk kategori female / mu'annats. Dengan kata lain kalam Allah kepada lebah sangat jelas dengan fakta ilmiah pada hari ini bahwa lebah dalam koloninya hanya berjenis betina / female / mu'annats.
Apakah ini hanya sebuah kebetulan ilmiah saja?
Mari kita periksa sekali lagi tentang semut. Seperti halnya lebah, semut dalam koloninya hanya berjenis betina saja. Dan mereka juga memiliki susunan sosial yang sama hebatnya dengan lebah. Dan satu koloni semut hanya dipimpin oleh satu semut betina yang menjadi ratu mereka. Yaitu ratu yang "tugasnya" hanya bertelur dan bertelur.
Sekarang coba Anda perhatikan ayat berikut ini dalam surat An Naml ayat ke-18 dan ke19 tentang semut yang bertemu dengan pasukannya Nabi Sulaiman:
حَتَّى إِذَآ أَتَوْا عَلَى وَادِ النَّمْلِ قَالَتْ نَمْلَةٌ يَآأَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوا مَسَاكِنَكُمْ لاَيَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمَانُ وَجُنُودُهُ وَهُمْ لاَيَشْعُرُونَ {18} فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِّن قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ {19}
Sekarang perhatikan kata-kata berikut ini: قَالَتْ نَمْلَةٌ,
Sekali lagi, jika Anda belajar bahasa Arab, maka akan Anda dapatkan kalau kata-kata tersebut digunakan untuk kategori betina / female/ mu'annats. Dan ini sangat sesuai dengan fakta ilmiah yang ada sekarang.
Terlalu berlebihan bila ini hanya kebetulan. Dan juga terlalu ngawur jika mengatakan Al Qur'an dibuat oleh Nabi Muhammad dengan kesesuain antara linguistik dan fakta ilmiah biologi. Rupanya cukup bagi kita umat Islam mengatakan:
رَبَّنَا مَاخَلَقْتَ هَذَا بَاطِلاً سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (Ali Imran 191)
"Ya (Allah) Rabb kami,tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." Bagaimana pendapat Anda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.