Rabu, 12 Desember 2012

Ketika Malaikat Ikut Berperang Bersama Mujahidin Melawan Tentara Bashar Assad



ADA kisah menarik dari relawan Hilal Ahmar Society Indonesia (HASI) yang baru saja berkunjung ke Suriah dan melakukan presentasi di gedung Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Selasa (11/12/2012). Abu Yahya, koordinator relawan HASI menceritakan kisah seorang mantan tentara Bashar Assad yang taubat lalu bergabung dengan mujahidin.

Kepada mantan tentara itu, para mujahidin sempat bertanya kenapa para tentara Assad yang berjumlah 1500 personel di Jabal Akhrod tidak berani melakukan serangan kepada mujahidin Suriah yang hanya berjumlah 150 personel, padahal baik secara kekuatan (jumlah) dan persenjataan, mujahidin jauh kalah dari tentara Assad.
Mendengar pertanyaan itu, mantan tentara Bashar Assad ini justru heran dan balik bertanya. “Siapa bilang jumlah kalian sedikit? Kami setiap malam melihat kalian dengan pakaian putih-putih bergerak dari satu lembah ke lembah lain sehingga kami pikir-pikir dulu untuk menyerang,” kenangnya.
Ternyata kisah di atas bukan terjadi satu kali. Cerita lainnya muncul saat mujahidin hendak melakukan perang dengan konvoi 50 truk yang berisi tentara Bashar Assad. Hingga pada satu titik terjadilah baku tembak antara mujahidin dengan tentara Assad. Karena mujahidin memang sudah merencanakan aksi serangan untuk menghabisi dan memukul mundur tentara Bashar Assad.

Namun saat perang berlangsung, tiba-tiba saja muncul kejadian di luar perkiraan mereka. Helikopter dan pesawat tempur datang seperti hendak memerangi mujahidin. Tentu mujahidin berkesimpulan bahwa ini bantuan dari pihak Bashar Assad untuk menewaskan mereka. Ingat, hingga kini mujahidin Suriah sama sekali tidak memiliki alat tempur seperti pesawat. Mereka bertempur hanya via jalur darat dengan persenjataan yang kalah canggih jika dibandingkan milik rezim Assad.

Mengukur jumlah personel dan persenjataan yang terbatas, komando mujahidin menyerukan untuk segera mengosongkan tempat pertempuran dan masuk ke gunung-gunung untuk mengatur strategi. Anehnya, ketika mujahidin sudah menarik diri, suara baku tembak masih saja terus terjadi. Berondongan dan desingan peluru seperti enggan berhenti walaupun tidak ada satu mujahidin pun tersisa di lokasi pertempuran.  Komando mujahidin sampai bertanya-tanya dalam hati, siapakah sebenarnya yang sedang berperang melawan tentara Bashar Assad. Ia pun mengecek jumlah personel untuk mengantisipasi ada mujahidin tertinggal dan melakukan perlawanan kepada tentara Assad. Namun hasil perhitungannya, seluruh mujahidin sudah masuk ke dalam gunung.

Hingga datang matahari terbit dan mereka yakin kondisi telah aman, barisan mujahidin turun ke gunung-gunung dan betapa terkejutnya mereka melihat sebagian tentara Assad telah tewas dengan luka menganga. Sebagian lainnya mengalami luka berat layaknya menghadapi pertempuran hebat. Tentu kejadian ini menjadi seribu tanya bagi Abu Yahya, relawan HASI yang menghabiskan waktu selama satu bulan di Desa Salma, daerah Jabal Akhrod, Suriah dan mendapatkan kisah ini langsung dari mujahidin.

“Lantas siapa yang berada di dalam pesawat dan helikopter untuk melawan tentara Suriah?” tutup Abu Yahya dengan segudang tanya di depan para awak media yang juga diliputi keheranan.

Subhanallah, inilah ayaturrahman yang muncul dalam Jihad di bumi Syam. Fakta yang menjadi bukti bahwa mujahidin tidak sendiri. Mereka bersama Allah untuk berperang menegakkan Islam di Suriah dan melawan kezhaliman Rezim Syiah Nushairiyyah kepada umat Islam. Semoga ini menjadi kabar baik bagi kemenangan mujahidin dan tegaknya Islam di Suriah. Tentu jika kita mendengar penuturan dari mujahidin, kita akan sangat faham siapakah balatentara yang tiba-tiba datang membantu para mujahidi melawan tentara Assad.

“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut”. (islampos)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.