Senin, 17 Juni 2013

John Ridley, Kisah Perjuangan Jurnalis BBC Masuk Islam


Betapa besarnya ujian seorang jurnalis Inggris yang masuk Islam. Keislamannya bukan hanya ditentang oleh keluarga, ia bahkan mengalami kesulitan mendapatkan penghasilan.

Namanya John Ridley. Ia dilahirkan di tengah keluarga Nasrani. Ia rajin ke gereja tiap pekan bersama orang tua dan saudara perempuannya. Namun, semakin bertambah usianya, pemikiran John pun makin kritis. Banyak pertanyaan dari hatinya mengenai Tuhan dan kebenaran agama yang tidak menemukan jawaban di gereja.
Hingga tibalah saat itu, ketika John mendapatkan kesempatan untuk mengenal Islam. John diterima di BBC Worldwide sebagai jurnalis untuk dikirim ke Timur Tengah. Sebelum berangkat ke Timur Tengah, John berkenalan dengan seorang Muslim saat tengah menjalani masa pelatihan broadcasting dan jurnalistik BBC. Ia pun mempelajari Islam sebelum berangkat ke Timur Tengah dan berinteraksi dengan umat Islam di sana.

John ditugaskan di Oman. Di sana ia bebas bercakap-cakap dengan umat Islam, membuatnya bisa berdiskui tentang Islam di samping ia juga aktif membaca literatur Islam. Hidup John mulai berubah, sebab ia menemukan jawaban dari pertanyaannya selama ini justru di sini; di dalam Islam.

"Aku mendapat kesempatan bertugas di Timur Tengah selama enam bulan. Itu adalah petualangan pertama yang menakjubkan yang pernah ada dalam hidupku," kata John Ridley, menceritakan kisahnya merengkuh hidayah.

Di Timur Tengah itulah, setelah menyadari kebenaran Islam dan menyaksikan secara langsung kehidupan muslim di sana, John mengikrarkan dua kalimat syahadat.

Perjuangan Mempertahankan Islam
Masuk Islam bukanlah perjalanan mulus bagi John Ridley. Saat pulang kembali ke Inggris, John mendapati keluarganya menentangnya. John terus mendekati keluarganya, tetapi mereka tak kunjung berubah sikap. Di negerinya sendiri, John juga mulai kesulitan mendapatkan penghasilan.

Saat-saat itu barangkali adalah saat-saat paling sulit dalam hidup John. Tetapi, Allah tidak membiarkannya sendirian. Allah membukakan jalan kepada John. Sebuah stasiun radio Arab Saudi memintanya menjadi seorang reporter selama invasi AS ke Irak pada 2003. John pun menerima tawaran itu. Ia terbang kembali ke Timur Tengah.

Usai bertugas di Saudi, John pindah ke Kuala Lumpur, Malaysia. Makin bertambahlah pegetahuannya tentang Islam. Delapan bulan kemudian, ia kembali ke Timur Tengah. Sejumlah negara telah ia kunjungi dalam 30 tahun terakhir. Antara lain Lebanon, Oman, Yaman, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Bahrain, Iran dan Yordania.

Pengalaman John hidup puluhan tahun di Timur Tengah menjadi kekuatan tersendiri bagi profesinya sebagai jurnalis, penyiar dan penulis. Pengetahuan dan pemahamannya tentang dunia Islam dinilai luar biasa.

Membela Palestina
Menulis menjadi senjata John untuk membela Palestina. Dalam berbagai tulisannya, John menyerukan hak warga Palestina.

"Kemanusiaan, perdamaian, perlindungan anak, diajarkan dalam Islam. Bagaimana saling mengerti antarmanusia dan hidup berdampingan. Saya benar-benar beruntung menemukan Islam," ujar John bersyukur.

Namun demikian, pembelaan John untuk Palestina tidak hanya diwujudkan melalui tulisan. Ia juga terjun langsung memberikan pidato di camp-camp pengungsian Palestina.

Menulis, bagi John, bukanlah masalah menghasilkan uang. Apalagi menulis untuk membela hak-hak kemanusiaan di Palestina dan dunia Islam. "Kita memang membutuhkan uang. Tapi, ada hal yang lebih penting yakni manusia dan kemanusiaan. Saya tidak mau hanya diam sementara orang-orang di luar sana telantar dan kesulitan. Saya benar-benar ingin menjadi bagian untuk membela mereka," kata John menegaskan misinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.