Selasa, 16 April 2013

Apa Itu Kota Mati Di Mesir?



 JIKA Anda suatu kali ke Mesir, mampirlah ke Kota Mati. Apa itu Kota Mati? Kota Mati lebih mirip permukiman padat dengan arsitektur bangunan megah dan kuat, namun sangat kusam. Di antara rumah-rumah yang rapat itu, ada bangunan-bangunan dengan kubah mirip masjid. Itu adalah pemakaman.

Luas areanya hampir sama Bukit Sentul. Letaknya rapat di sepanjang jalan dari daerah Dawea sampai Benteng Solahuddin. Kemudian bersambung di sepanjang jalan menuju makam Imam Syafi’i, Kairo.
Kuburan yang memiliki arsitektur rumah ini, mempunyai ruang bawah tanah. Jika ada jenazah baru, maka pintu masuk bawah tanah tersebut dibuka. Jenazah kemudian dimasukan ke ruang bawah tanah bersama jenazah yang sudah lama. Hanya pengurus pemakaman yang boleh masuk ke dalam. Setelah selesai pemakaman, pintu ditutup kembali dengan batu dan sedikit ditimbali tanah. Sekilas, kita tidak akan tahu dimana pintu penyimpanan jenazah berada.

Meski itu area kuburan, ternyata juga ada penghuninya. Kebanyakan penghuni Kota Mati tentu saja enggan menetap di sana. Namun kehidupan dan ekonomi yang sulit memaksa jutaan orang Mesir mendiami Kota Mati ini.

Populasi penghuni Kota Mati makin meningkat setiap tahun. Mereka datang dari desa desa miskin di Mesir. Dalam buku turis yang ditulis Malak Yakan, seorang antropologi Mesir, disebutkan lebih dari lima juta orang Mesir tinggal di kuburan ini dan membentuk komunitas sendiri.

“Ada lima kuburan utama di area ini. Kuburan Arah Utara, Kuburan Bab el Nasr Kuburan, Kuburan Selatan Kuburan yang besar, dan Kuburan Bab el Wazir,” kata Yakan.

Dalam sejarah kepercayaan Mesir, kuburan adalah bagian dari kehidupan masyarakat. Tidak hanya khusus untuk orang mati. “Orang Mesir tidak memikirkan bahwa kuburan tempat akhir kehidupan, tetapi kuburan adalah awal dari kehidupan abadi,” kata Yakan.

Pemandangan lain dari Kota Mati ini, sebagai tempat pembuangan sampah. Di dalamnya nuansa kumuh menyengat. Binatang seperti tikus berkeliaran. Kotoran anjing juga di mana-mana. Mereka memanfaatkan apa yang ada di dalam kuburan sebagai alat perabot rumah tangga. Di antara pagar batu nisan, mereka mebentangkan tali untuk mengeringkan pakaian. Sementara kebutuhan akan listrik mengambil dari listrik milik masjid terdekat.

Tapi, jika menatap kota mati dari dari jalan Salah Salem, Kota Mati nampak gagah dan megah. Ia seakan merekam abadi tentang sejarah Mesir yang melegenda dan berabad-abad usianya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.