Jumat, 11 Januari 2013

Timur Tengah Semakin 'Phobia' Ikhwanul Muslimin, Kenapa?



Sebuah pertemuan tertutup antara para petinggi  Majelis Nasional Kuwait membahas masalah keamanan di negara tersebut, bersama Perdana Menteri Kuwait, Sheik Jaber Al-Mubarak Al Sabah dan juga para wakil menteri (10/01). Pertemuan tersebut berlangsung hingga enam jam.

Setelah pertemuan tertutup tersebut, hasil dari pertemuan itu dikemukakan oleh anggota parlemen yang juga menghadiri acara pertemuan tersebut.
Hasil dari pertemuan itu menyatakan bahwa terdapat sebuah keterkaitan antara jaringan Ikhwanul Muslimin di Uni Emirat Arab (UEA) dengan para pengusaha "besar" di Kuwait yang juga disinyalir sebagai penyandang dana dari berbagai aktivitas Ikhwanul Muslimin dimanapun.
Keterkaitan antara para pengusaha yang memiliki berbagai kekuatan bisnis di Kuwait juga masuk dari jaringan Ikhwanul Muslimin setelah tertangkapnya anggota Ikhwanul Muslimin saat di UEA. Hal ini atas telusuran dari nomor-nomor rekening mereka yang ternyata mengarah atas kuncuran berbagai dana dari Kuwait.

Pemerintah Kuwait merasa khawatir lantaran disinyalir kuat
dugaan mereka bahwa sumber pendanaan Ikhwanul Muslimin terbesar adalah dari pada pengusaha besar yang ada di Kuwait.

Timur Tengah semakin khawatir dengan Arab Spring, negara-negara yang dikelola oleh para raja dan keturunan-keturunannya semakin 'phobia' terhadap pergerakan Ikhwanul Muslimin. Sehingga mereka berusaha menekan keberadaan Ikhwanul Muslimin dibeberapa negara Teluk.

Perdana Menteri Kuwait sendiri meyakini bahwa terdapat jaringan Ikhwanul Muslimin yang mereka anggap sebagai sel teroris, dan harus diperangi.

Para raja dari negara-negara Timur Tengah yang mencoba selalu memerintah negaranya memang merasa sangat khawatir dengan Arab Spring atau biasa disebut sebagai musim semi Arab, karena mereka takut jika kekuasaan langgengnya akan hilang.

Padahal semestinya mereka tidak perlu khawatir, sebagaimana pernyataan petinggi Ikhwanul Muslimin, yang menyatakan "Setiap negara manapun baik monarki atau berlandaskan demokrasi, ketika tidak ada keadilan di negara tersebut maka Ikhwanul Muslimin akan bertindak. Tetapi setiap negara manapun baik itu monarki juga demokrasi yang mampu memberikan keadilan kepada rakyatnya, Ikhwanul Muslimin akan membantu membangun negara tersebut."

Tidaklah sebuah negara memerangi Ikhwanul Muslimin kecuali mereka ketakutan jika kekuasaannya akan diambil alih oleh Ikhwanul Muslimin, lantaran tidak memberikan keadilan kepada rakyatnya atau karena memang haus dan ingin selalu melanggengkan kekuasaannya.

SUARANEWS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.